Siapa yang Paling Rugi Jika Boikot Dagang Indonesia-Uni Eropa Terjadi?
Indonesia mengecam rencana Uni Eropa (UE) menghentikan penggunaan biodiesel berbahan baku minyak sawit. Diskriminasi dinilai bakal berdampak terhadap perekonomian nasional. Apalagi sawit merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia dan ada sekitar 15 juta orang yang bekerja di sektor tersebut.
(Baca: Buntut Diskriminasi Sawit, Malaysia Ancam Boikot Jet Tempur Uni Eropa)
(Baca: Luhut Pimpin Lobi ke Uni Eropa soal Pelarangan Sawit untuk Biodiesel)
Pemerintah mengancam akan membalas boikot produk dagang dari UE. Hal itu dilontarkan Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan beberapa waktu lalu. Dia mengatakan, kebijakan diskriminatif minyak sawit UE tersebut menjadi permasalahan serius bagi Indonesia. “Kita negara besar, memiliki kedaulatan yang tidak bisa diganggu siapa pun,” ujarnya.
Wacana boikot juga didukung Wakil Presiden Jusuf Kalla, apabila terbukti ada diskriminasi dalam kebijakan UE tersebut. (Baca: Kalla Dukung Boikot Produk Eropa jika Ada Diskriminasi Sawit)
Parlemen UE mengeluarkan resolusi pembatasan impor dan penghentian penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biofuel. Penghentian tersebut lantaran produksi sawit dinilai masih menciptakan banyak masalah, mulai dari deforestasi, korupsi, pekerja anak, hingga pelanggaran HAM.
(Baca: Resolusi Sawit Bisa Ganggu Perundingan Dagang dengan Uni Eropa)