Gangguan Paru-paru yang Berujung Long Covid
Berawal dari gejala yang diduga dokter sebagai bronchopneumonia pada Maret tahun lalu, akhirnya Juno dirawat inap, setelah rawat jalan tidak membuahkan hasil. Dan sewaktu opanme di rumah sakit, ia melakukan pemeriksaan swab test PCR.
Sembari menunggu hasil PCR, Juno diizinkan pulang mengingat kondisinya sempat membaik. Beberapa hari kemudian hasil tes keluar dan ia dinyatakan positif Covid-19. Pada momen ini pula Juno mulai merasakan nyeri pada dada kiri.
“Akhirnya saya memutuskan pergi ke RSDC Wisma Atlet, tak lupa membawa semua dokumen medis termasuk hasil PCR berikut baju ganti guna mempersiapkan kemungkinan di karantina saat itu juga,” kata Juno secara tertulis melalui laman Kawalcovid19.id yang dikutip Minggu (28/03).
Benar, ketika sampai di RSDC Wisma Atlet, Juno diminta untuk langsung menjalani karantina. Saat pemeriksaan awal oleh dokter di IGD, tekanan darahnya mencapai 150/92. Pada waktu selanjutnya, keluhan yang rasakan semakin banyak, seperti nyeri dada, palpitasi saat tidur, rambut rontok parah, dan nyeri di sekujur badan seperti ditusuk jarum suntik.
Total masa karantina Juno di Wisma Atlet sekitar sebulan. Dia kembali ke rumah setelah dinyatakan sembuh berdasarkan hasil swab test PCR yang negatif sebanyak dua kali berturut-turut. Tapi, rupanya Covid-19 menyisakan bekas lain pada tubuh Juno, ini disebut long covid.
Covid-19 parah yang menginfeksi paru-paru pasien juga meninggalkan banyak masalah pernapasan jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa virus juga menyerang organ lain yang menyebabkan berbagai komplikasi termasuk penyakit kardiovaskular dan peradangan kronis.
Selain keluhan seperti saat di Wisma Atlet, Juno merasakan seperti orang linglung atau delirium, rasa tidak nyaman di tenggorokan saat minum, telinga berdenging, dan lain-lain. Bahkan gangguan mental delirium yang dialami bertahan hingga lima bulan pascanegatif dari Covid-19.
“Pada Juni 2020, saya menemukan kelompok dukungan khusus penyintas Covid-19 yang terkena long covid di luar negeri. Di grup ini, saya bertemu orang-orang yang mengalami keluhan sama seperti saya,” kata Juno.
Satgas Penanganan Covid-19 melansir bahwa long covid adalah gejala sakit berkepanjangan yang diderita pasien penyintas meskipun sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Penderita long covid tidak akan menularkan gejala yang sama maupun virus kepada orang di sekitarnya.
Beberapa gejala atau gangguan kesehatan yang ditemukan pada penderita long covid, yaitu kelupaan, sakit kepala, kelelahan, batuk terus menerus, peradangan jantung, palpitasi, nyeri otot, depresi, tinnitus (telinga bedenging), kehilangan penciuman, sesak napas, nyeri dada, demam berulang, diare, sakit perut, kesemutan, dan ruam.
Satgas Covid-19 menyebutkan, 5 hingga 20 persen pasien Covid-19 mengalami gejala atau gangguan kesehatan di atas selama lebih dari 4 pekan. Dan, diperkirakan 1 dari setiap 10 pasien Covid-19 dapat mengalaminya hingga lebih dari 12 pekan.
Laman Instagram @pademictalks bahkan menyebutkan, 63,5 persen penyintas alami long covid di Tanah Air. Angka ini berdasarkan studi dari Fakultas Kedokteran UI dan Rumah Sakit Persahabatan. Riset dilakukan sejak Desember 2020 hingga Januari 2021.
“Untuk menghindari long covid, selalu gunakan masker patuh kepada protokol 3M. Kalian mungkin tidak mati, tapi mungkin tidak bisa lolos dari keluhan-keluhan lanjutan yang akan menurunkan kualitas hidup penderitanya,” ujar Juno menutup ceritanya.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan