Produksi Bawang Merah di Solok Sepanjang Tahun

Image title
Oleh - Tim Publikasi Katadata
30 Januari 2019, 11:40
Buleleng, dalam Kesejukan Air Terjun dan Petualangan Bahari
Kementan
Produksi Bawang Merah di Solok Sepanjang Tahun

Indonesia mengembangkan sentra produksi bawang merah yang dapat berproduksi sepanjang tahun untuk mewujudkan swasembada. Selama ini Indonesia, hanya dikenal sejumlah sentra produksi bawang merah di Pulau Jawa, seperti Brebes dan Probolinggo yang panen pada kisaran Juli - September. Namun kini, muncul sentra bawang merah yang bisa panen setiap waktu.

“Dengan memacu produksi off season di sejumlah wilayah seperti Solok dan NTB saat ini kita bisa swasembada sepanjang tahun,” tutur Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri, saat menghadiri kegiatan panen bawang merah di Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat pada Selasa (29/1) siang.

Budidaya bawang merah off season biasanya berlaku untuk penanaman di musim hujan dan dilakukan di lahan kering atau tegalan, sertai lokasi yang terbuka seperti hamparan lahan dataran tinggi.

Kuntoro Boga mengungkapkan, selama 10 tahun terakhir, Solok telah menggeliat menjadi sentra produksi bawang merah nasional. “Solok ini luar biasa potensinya. Petani juga semangat karena harga bawang untuk penanaman off seasson selalu terjaga di harga tinggi. Panen pun ditunggu pembeli,” lanjutnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Admaizon menuturkan pada 2018, luas panen bawang merah untuk kabupaten Solok mencapai 8.790 hektare. Tahun ini, luas panen ditargetkan 9.250 hektare.

“Kita harapkan apa yang diminta Menteri Pertanian bahwa tahun 2020, luas panen bawang merah di Solok bisa lebih dari 10.000 hektare, bisa terwujud. Bila itu terjadi, Solok sudah bisa ekspor,” sebut Admaizon.

Apalagi, kata Admaizon petani menggunakan varietas lokal SS Sakato yang produktivitasnya bisa mencapai 12 ton per hektare. Petani bawang merah di wilayah Solok juga bisa panen tiga hingga empat kali setahun.

Admaizon menyebutkan tingginya produktivitas bawang merah di kawasan Solok tak lepas dari pendampingan yang telah dilakukan oleh Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. BPTP membantu proses alih teknologi, seperti pengembangan bawang merah dalam bentuk biji dan pertanian organik.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat Chandra menuturkan petani juga lebih pintar dalam menjual hasil panen mereka. “Mereka tidak mau jual ke tengkulak terutama yang membeli dengan harga murah,” terangnya. Chandra jugaberharap para spekulan untuk berhenti mendengungkan wacana kekurangan bawang merah. Apalagi saat ini, kebutuhan bawang merah sudah tertutupi oleh produksi lokal.

Menurut Chandra pedagang dan spekulan kerap mendengungkan isu impor ke petani dan pasar. “Isu impor hanya untuk menjatuhkan harga jual bawang merah yang tadinya berkisar antara dua belas hingga lima belas ribu rupiah per kilogram. Ini tentunya bisa merugikan petani kita,” tandas Chandra.

Reporter: Tim Publikasi Katadata
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...