Strategi PLN Atasi Pasokan Berlebih Listrik: 15 Juta Kompor Induksi
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah menggodok program pemasangan 15 juta kompor induksi rumah tangga, sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kelebihan pasokan listrik yang tak terserap masyarakat.
"Untuk atasi kondisi oversupply listrik, dengan menargetkan 15 juta penambahan kompor induksi rumah tangga," kata Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (15/6).
Adapun saat ini PLN mengalami kelebihan suplai listrik yang cukup besar. Darmawan menjelaskan, di Jawa dalam satu tahun ke depan akan masuk 6800 Mega Watt (MW). Sementara penambahan permintaan hanya 800 MW.
"Di Sumatera, selama 3 tahun sampai 2025, penambahan permintaan listrik 1,5 GW. Sedangkan penambahan kapasitas 5 GW. Di kalimantan dan Sulawesi bagian selatan juga mengalami itu," ujar Damawan.
Di samping itu, realisasi pengadaan kompor induksi juga akan menurunkan impor liquefied petroleum gas (LPG), yang mencapai 6,24 juta ton pada 2021.
Sebelumnya Darmawan mengatakan bahwa program konversi kompor listrik merupakan strategi energi nasional untuk mengubah energi yang berbasis pada impor, dengan produksi domestik.
“Listrik Indonesia saat ini mengalami oversupply (kelebihan pasokan). Tahun ini ada sekitar 6,7 gigawatt (GW). Ini energi berlebih dari sumber listrik batu bara, gas, termasuk EBT (energi baru terbarukan) yang diproduksi secara domestik,” ujarnya Senin (14/2).
Dia membeberkan bahwa impor LPG pada 2020 mencapai Rp 37 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 51 triliun pada 2021. Impor diproyeksi mencapai Rp 67,8 triliun pada 2024.
Sedangkan subsidi LPG pada 2020 mencapai Rp 50,6 triliun, naik menjadi Rp 56,8 triliun pada 2021. Tahun ini subsidi diperkirakan Rp 61 triliun dan naik menjadi Rp 71,5 triliun pada 2024.
“Kalau berbicara mengenai basis kalori, LPG biaya pengadaannya Rp 13.500 per kilogram. 1 kg LPG itu setara 7 kilowatt jam (kWh) listrik yang biayanya Rp 10.250. Jadi lebih murah Rp 3.250,” ujarnya.
Berdasarkan data PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, rata-rata tarif listrik untuk rumah tangga di wilayah tersebut mencapai Rp1.438,59 per kilo Watt jam (kWh) pada 2021.