Jokowi Bertemu Putin, Rusia Tarik Mundur Pasukan di Pulau Ular
Rusia memutuskan untuk menarik mundur pasukannya dari Pulau Ular yang berada di Laut Hitam. Perintah ini dikeluarkan pada hari yang sama dengan pertemuan antara Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (30/6).
Kremlin menyebut penarikan mundur pasukan ini sebagai cermin itikad baik Rusia, untuk memberikan akses jalan dan tidak menghalangi upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membuka akses impor pasokan gandum dari pelabuhan Laut Hitam, Ukraina.
Melansir ABC News, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Letnan Jenderal Igor Konashenkov, mengatakan penarikan itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Moskow tidak menghambat upaya PBB untuk membangun koridor kemanusiaan dan mengekspor produk pertanian dari Ukraina.
Klaim tersebut kemudian dibantah oleh Ukraina. "Tidak dapat menahan dampak dari unit artileri, rudal, dan penerbangan kami, penjajah Rusia telah meninggalkan Pulau Ular. Wilayah Odesa sepenuhnya dibebaskan,” kata militer Ukraina dalam pembaruan media sosial regulernya Kamis malam (30/6) waktu setempat.
Meski tak memiliki kaitan secara langsung, Menurut Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani, Hikmahanto Juwana, perjalanan Jokowi untuk menemui Putin dan sebelumnya juga Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, merupakan langkah positif.
Hikmahanto menilai Presiden sangat cerdas untuk dapat menghadirkan wacana gencatan senjata, dengan gambaran besar potensi krisis pangan pada negara-negara berkembang akibat perang yang tengah berkecamuk.
"Perang berdampak pada supply chain gandum dan pupuk," ujarnya melalui pesan singkat, Jumat (1/7).
Pesan tersebut menjadi tema utama yang diangkat Jokowi saat pertemuan dengan pemimpin negara anggota G7, Zelensky, maupun Putin.
Jokowi, kata Hikmahanto, esensinya ingin menyampaikan bahwa perang akan membawa penderitaan pada rakyat banyak di negara berkembang, terlepas dari alasan semua pihak yang terlibat dalam perang, termasuk AS dan sekutunya. "Karenanya perang harus dihentikan," jelasnya.
Pada dasarnya, Zelensky maupun Putin antusias menyambut kehadiran Jokowi, karean kedua negara tersebut juga sudah lelah dalam peperangan ini. Namun, butuh penyelesaian yang elegan, sehingga bagi Rusia, mereka butuh Jokowi agar memiliki alasan untuk menghentikan serangan.