Harga Minyak Rendah, Pertamina Tunda Investasi di Madura

Safrezi Fitra
9 Juli 2015, 15:04
Katadata
KATADATA

KATADATA ? PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) menunda rencana pengeboran enam sumur migas baru di Kabupaten Bangkalan, Madura. Penundaan investasi ini disebabkan harga minyak yang masih rendah.

Presiden PHE WMO Boyke Pardede mengatakan dari total enam sumur yang direncanakan, hanya satu yang dapat direalisasikan tahun ini. Dia mengaku pengerjaan sumur sisanya akan dilanjutkan pada tahun depan hingga 2017. "Kami tambah dengan 1 sumur eksplorasi lagi, jadi total 7 sumur akan mulai eksplorasi pada tahun depan," kata Boyke di hotel Gran Mahakam, Jakarta, Rabu (8/7).

PHE WMO telah melakukan tender untuk tiga platform sumur, bahkan sudah mendapatkan pemenangnya. Namun, karena harga minyak yang masih rendah, maka pengerjaan tiga pengeboran tiga sumur tersebut ditunda tahun depan. Hingga akhir tahun ini PHE WMO akan menyelesaikan tendar tiga platform sumur lagi.

Sebelumnya PHE WMO berencana menginvestasikan US$ 520 juta untuk pembangunan platform tersebut. Namun, turunnya harga minyak membuat investasi tersebut dinilai tidak ekonomis. Makanya proyek ini pun ditunda hingga harga minyak kembali naik. Boyke yakin tren harga minyak tahun depan pelan-pelan akan membaik hingga mengalami kenaikan 5 persen per tahun. "Jadi seharusnya pembangunan dan pengeboran sumur-sumur tersebut akan lebih menarik pada tahun depan," ujar dia.

Menurut Boyke, jika seluruh sumur tersebut dapat berproduksi, maka diperkirakan PHE WMO akan mendapatkan tambahan lifting sebesar 7.000 barel per hari. Tahun ini PHE WMO akan tetap mempertahankan produksi sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, meski dengan tambahan hanya satu sumur.

Sepanjang semester I kemarin, lifting minyak PHE WMO tercatat rata-rata sebesar 14.835 barel per hari.  Realisasi ini berada di atas target lifting yang telah ditetapkan tahun ini, yakni sebesar 14.375 barel per hari. Namun berbeda dengan capaian lifting gas yang hanya 107,07 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), lebih rendah dari target sebesar 110,8 MMSCFD.

Rendahnya lifting gas, dipengaruhi oleh harga minyak yang murah. Pembeli lebih memilih minyak karena harganya rendah, sehingga permintaan gas pun melemah.  Boyke mengaku akan segera melakukan berkoordinasi dengan partner pembeli gas seperti PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memastikan permintaan gas. "Kami harap mereka akan tetap mengambil gas dari kami, sesuai kontrak," kata Boyke.

Reporter: Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...