LPS Prediksi Kredit Bermasalah Bank Memuncak Pada Kuartal IV

Yura Syahrul
5 Agustus 2015, 11:36
LPS
Arief Kamaludin|KATADATA

KATADATA ? Risiko kenaikan kredit bermasalah (NPL) akan terus menghantui perbankan hingga akhir tahun ini sejalan dengan perlambatan perekonomian dan pelemahan mata uang rupiah. Bahkan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan, rasio NPL akan terus naik dan mencapai puncaknya pada kuartal IV-2015.

Dalam laporan ?Perekonomian dan Perbankan Juli 2015? yang dirilis LPS, Rabu (5/8), analis perbankan LPS Seno Agung Kuncoro menyatakan, kenaikan NPL tersebut terjadi akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan depresiasi nilai tukar yang mempengaruhi kinerja perusahaan (debitur). Ancaman NPL lebih besar dari para pelaku industri manufaktur dan perdagangan yang melakukan transaksi impor namun pendapatannya dalam mata uang rupiah.

?Ketidaksesuaian (mismatch) ini membebani perusahaan ketika terjadi pelemahan nilai tukar,? katanya. Hal tersebut didukung grafik kenaikan NPL untuk jenis kredit modal kerja dan investasi, sementara NPL kredit konsumsi berpotensi meningkat. Karena itu, dia  meramal potensi peningkatan kredit bermasalah mencapai puncak pada kuartal VI-2015 menjadi 2,5 persen hingga 2,7 persen.

Potensi kenaikan NPL perbankan sudah tergambar sejak kuartal II tahun ini. LPS mencatat per April 2015, pertumbuhan NPL nominal naik signifikan menjadi 33,8 persen dari 12,2 persen pada periode sama 2014. Namun, secara rasio, NPL perbankan per April 2015 masih di bawah ketentuan regulator sebesar 5 persen, yaitu dari 2,05 persen menjadi 2,48 persen.

Kenaikan NPL terjadi pada seluruh sektor usaha. Sektor pertambangan mengalami peningkatan NPL nominal paling tinggi yakni 86,4 persen dibandingkan tahun lalu. Diikuti oleh sektor listrik, gas, dan air sebesar 60,2 persen serta sektor konstruksi sebesar 59,6 persen. Namun, porsi ketiga sektor tersebut hanya 10 persen dari total kredit perbankan yang mencapai Rp 3.711,6 triliun.

Yang perlu diwaspadai adalah kenaikan kredit bermasalah sektor ekonomi rumah tangga, perdagangan, dan industri pengolahan yang punya kontribusi terbesar terhadap kredit perbankan. Kenaikan NPL sektor tersebut masing-masing sebesar 26,5 persen, 39,1 persen, dan 20,6 persen.

Kenaikan NPL juga telah memukul kinerja perbankan semester I-2015 karena harus mengalokasikan cadangan lebih besar sehingga laba bersihnya menciut. Bank Mandiri cuma mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 3,5 persen menjadi Rp 9,9 triliun lantaran kenaikan NPL dari 2,23 persen menjadi 2,43 persen.

Sementara itu, laba bersih semester I-2015 Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga naik tipis dari Rp 11,7 triliun menjadi Rp 11,9 triliun seiring kenaikan NPL dari 1,97 persen menjadi 2,33 persen. Yang paling terpukul oleh kenaikan NPL adalah Bank Negara Indonesia (BNI). Laba bersih bank ini anjlok 50,8 persen menjadi Rp 2,4 triliun akibat kenaikan NPL menjadi 3 persen.

Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...