ConocoPhillips Ajukan Syarat Bagi Calon Pembeli Blok B
KATADATA - ConocoPhillips berencana melepas sahamnya di Blok B Laut Natuna Selatan. Perusahaan ini telah mendapatkan izin untuk membuka ruang data (data room) blok tersebut dan telah mendapatkan hasilnya.
Vice President Development and Relations ConocoPhillips Joang Laksanto mengatakan hasil dari pembukaan ruang data, saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang berminat memiliki saham Blok B. Namun, dia masih merahasiakan siapa saja perusahaan yang telah menyatakan minatnya.
Berdasarkan pemberitaan di beberapa media, dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor migas juga berminat memiliki saham Blok B Laut Natuna Selatan. Dua BUMN tersebut adalah PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
"Lagi dalam proses. Kalau sudah ada update, akan kami akan buka informasinya," kata dia di Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu (25/11).
Menurutnya proses tersebut bisa memakan waktu sekitar enam bulan hingga satu tahun. Setelah itu baru bisa ditentukan siapa perusahaan yang akan mendapat saham tersebut. ConocoPhillips memiliki beberapa kriteria dan syarat dalam memilih calon pembeli.
Pertama, portofolio dari calon pembeli. Dia berharap calon pembeli bisa mempertahankan produksi agar tidak turun, ketika mengelola blok tersebut. Kedua, calon pembeli tersebut harus yang benar-benar memperhatikan nasib karyawannya. Karena ada kekhawatiran dari karyawan mengenai hal ini.
"Kami akan memilih perusahaan yang benar-benar standar mementingkan karyawan," ujar dia.
Sekadar informasi, Blok B adalah salah satu dari dua aset blok migas milik ConocoPhillips di Indonesia yang mulai berproduksi pada 1979. Satu lagi adalah Blok Koridor (onshore) di Sumatera Selatan. ConocoPhillips merupakan operator yang memegang hak pengelolaan di Blok B Natuna Selatan sebesar 40 persen. Sisanya Inpex Corporation sebesar 35 persen, dan Chevron Corporation 25 persen.
Berdasarkan informasi di situs resmi ConocoPhillips, produksi bersih Blok B tahun 2014 sebanyak 5.000 barel minyak mentah per hari (BPD), 117 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 4.000 barel per hari gas alam cair (LNG). Produksi LNG blok ini terikat kontrak penjualan jangka panjang yang dialirkan melalui pipa ke Malaysia dan Singapura.
