Tembus Level Rp 12.000, Darmin: Rupiah Dekati Nilai Fundamental

Yura Syahrul
7 Maret 2016, 14:15
rupiah
Donang Wahyu|KATADATA

KATADATA - Penguatan rupiah pada awal pekan ini terus berlanjut, hingga sempat menembus level baru Rp 12.000-an per dolar Amerika Serikat (AS). Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution melihat pergerakan rupiah saat ini sudah mendekati nilai fundamentalnya. Jadi, ke depan, laju penguatan rupiah mungkin saja sudah makin terbatas.

Berdasarkan kurs referensi JISDOR di Bank Indonesia (BI), Senin ini (7/3), rupiah mencapai posisi 13.029 per dolar AS atau menguat 0,99 persen dari Jumat pekan lalu (4/3). Sedangkan di pasar spot, hingga pukul 13.30 WIB hari ini, rupiah berada di level Rp 13.053 per dolar AS atau menguat 0,6 persen dari Jumat lalu.

Bahkan, rupiah sempat menguat tajam menembus level 12.000, tepatnya di posisi Rp 12.984 per dolar AS. Ini merupakan posisi terkuat rupiah terhadap dolar AS dalam 10 bulan terakhir. Jika dihitung sejak awal tahun ini, rupiah pun sudah menguat 5,3 persen.    

Menurut Darmin, sebenarnya saat ini rupiah memasuki area yang mendekati nilai fundamentalnya. “(Rupiah saat ini) tidak terlalu jauh (dari nilai fundamental),” katanya di Jakarta, Senin (7/3). Namun, dia enggan menyebutkan secara persis nilai fundamental rupiah saat ini. Yang jelas, lanjut dia, ada beberapa pandangan yang menyebut nilai fundamental rupiah sebesar 12.700 atau 12.500 per dolar AS. “Tapi ada yang bilang kurang dari itu.”

Meski begitu, Darmin menyatakan, kelangsungan laju penguatan rupiah masih tergantung dari kebijakan moneter AS. Jika bank sentral AS tidak menaikkan suku bunganya tahun ini maka rupiah dapat rerus menguat. Kondisi sebaliknya terjadi kalau bank sentral AS mengerek suku bunganya.

Selain itu, penguatan rupiah ditentukan oleh kondisi keseimbangan ekonomi di dalam negeri. “Kalau rupiah itu terlalu lemah juga tidak bagus, kalau terlalu kuat juga tidak bagus,” katanya. Menurut Darmin, penguatan rupiah yang berlebihan akan berpengaruh terhadap ekspor. Namun, sisi positifnya adalah nilai impor juga akan berkurang. Apalagi pemerintah berencana memacu pembangunan infrastruktur yang tentunya akan meningkatkan impor bahan baku.

(Baca: Menko Ekonomi Tidak Ingin Rupiah Terlalu Kuat)

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...