Sederet Faktor Domestik Pengaruhi Pertumbuhan Investasi 2018
Investasi merupakan salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun, sederet risiko dari dalam negeri, diprediksi akan membayangi pertumbuhan investasi Indonesia tahun ini.
Chief Economist Bank Mandiri Anton Hermanto Gunawan memperkirakan faktor politik bisa menghambat pertumbuhan investasi. Tahun politik dengan gelaran pemilihan kepala daerah serentak di di 171 wilayah, dikhawatirkan terjadi konflik. Sosok calon yang bakal menang pun akan berpengaruh pada kebijakannya ke depan. Ini menjadi salah satu faktor investor ragu menanamkan modalnya.
(Baca: Tahun Politik, Pengusaha Yakin Retail Tumbuh Hingga 12%)
Konflik juga akan berpengaruh negatif terhadap bisnis dan sektor-sektor perdagangan. Namun, melihat pengalaman beberapa tahun tekahir, konflik sosial yang terjadi di media sosial tidak terlalu berpengaruh terhadap investasi.
"Buktinya, IHSG naik terus dan cukup bagus. Performa dari company juga meningkat," ujar Anton di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (1/2).
Selain politik, faktor yang bisa berpengaruh lainnya adalah inflasi yang disebabkan kenaikan harga minyak dunia. Naiknya harga minyak akan memberi tekanan kepada harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. (Baca: Kenaikan Harga Minyak Menekan Industri Plastik)
Dia mengatakan pemerintah perlu menjaga inflasi dari harga BBM dan listrik ini. Jangan sampai ada kenaikan dua komponen ini yang bisa mengganggu daya beli masyarakat. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Faktor berikutnya yaitu kondisi di sektor perbankan, terutama yang masih menghadapi keuangan yang kurang baik. Meski sudah terjadi perbaikan pada kredit seret menjadi di bawah 3 persen, tetapi restrukturisasi di anggaran masih cukup besar.
"Ini yang sedikit banyak mengganggu bank untuk melakukan ekspansi dan pertumbuhan kredit," ujarnya menambahkan. (Baca: Bank BUMN Gencar Hapus Buku untuk Tekan Kredit Seret)