Tiga Penyebab Produksi Batu Bara Kuartal I 2018 Turun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat adanya penurunan produksi batu bara dalam tiga bulan terakhir. Salah satu penyebabnya adalah kondisi eksternal.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan penyebab pertama produksi rendah adalah faktor cuaca. Kedua, ada beberapa pemegang IUP di daerah yang belum melaporkan realisasi produksinya.
Ketiga, ada penurunan permintaan batu bara dari Tiongkok. “Turunnya Permintaan dari Tiongkok karena musim dingin sudah berakhir," kata dia di Jakarta, Jumat (13/4).
Dari data Kementerian ESDM, produksi batu bara Januari-Maret 2018 sebesar 69,33 juta ton. Dari jumlah itu, untuk keperluan domestik mencapai 21,94 juta ton dan ekspor 50,78 juta ton.
Realisasi itu lebih rendah jika dibandingkan hasil produksi batu bara tiga bulan pertama 2017 sebesar 74,73 juta ton. Ini terdiri dari domestik 21,50 juta ton dan ekspor 55,73 juta ton.
Agung memprediksi kuartal II ini produksi batu bara akan meningkat. Alasannya karena ke depan prediksinya cuaca akan membaik.
Adapun, tahun ini Kementerian ESDM menargetkan produksi batu bara sebesar 425 juta ton. Namun, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono optimistis realisasi produksi bisa mencapai 485 juta ton.
Bambang optimistis target itu bisa tercapai karena perusahaan batu bara boleh menaikkan produksinya sekitar 5% dari realisasi tahun lalu. “Pemerintah bukannya tidak mengontrol, tapi mengendalikan dengan cara tidak memberikan kenaikan produksi semau-maunya,” kata dia beberapa waktu lalu.
(Baca: Laba Terancam Aturan DMO, Perusahaan Kakap Batu Bara Mengadu ke DPR)
Dari catatan Bambang, selama 2017, pemanfaatan batu bara untuk domestik juga di bawah target. Data Kementerian ESDM mencatat, sepanjang 2017 pemanfaatan batubara baru tercapai 97 juta ton dari target 121 juta ton.