United Tractors Makin Ekspansif di Luar Bisnis Tambang
PT United Tractors mulai memperbesar bisnis di luar pertambangan untuk meningkatkan pendapatan. Langkah ini diambil sebagai antisipasi harga bahan baku tambang yang fluktiatif, terutama batu bara.
Rencana ekspansi tersebut tentu menjadi terobosan. Selama ini, bisnis United Tractors sangat bergantung pada pertambangan. “Sekitar 80 persen revenue dan profitnya didapatkan dari sektor mining dan itu sangat volatile (berubah-ubah),” kata Finance Director United Tractors Iwan Hadiantoro di JSC Hive Coworking Space, Jakarta pada Kamis (3/5).
Menurut dia, pada 2010 harga batu bara mencapai US$ 120-130 per ton. Namun, harganya jatuh sampai US$ 50 per ton dalam waktu singkat. Atas pertimbangan inilah United Tractors mengurangi bisnis pertambangan. (Baca: Diprediksi Lajunya Tertahan, Harga Batu Bara Tahun Ini US$ 75).
Karena itu, sejak 2015 United Tractors mulai masuk ke sektor konstruksi melalui anak usahanya PT Karya Supra Perkasa dengan mengakuisisi PT Acset Indonusa Tbk. Iwan berharap, Acset menjadi tulang punggung United Tractors karena sifatnya yang jangka panjang dan stabil. “Kalau ada peluang di pelabuhan, kami pertimbangkan,” ujarnya.
Hingga triwulan satu 2018, Acset telah membukukan pendapatan Rp 734 miliar atau tumbuh 45 persen dari Rp 506 miliar pada periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY). Sementara, laba bersih mereka juga naik 25,8 persen dari Rp 31 miliar pada tiga bulan pertama 2017, menjadi Rp 39 miliar di periode sama tahun ini.
Tidak hanya konstruksi, United Tractors sedang menggeluti bisnis di sektor energi. Misalnya, mengerjakan dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kalimantan Tengah dan Jawa Tengah. (Baca juga: Geliat Sektor Konstruksi, Pendapatan United Tractors Naik 69%).
PLTU PAMA-1 yang berlokasi di Kalimantan Tengah berkapasitas 2x15 Mega Watt (MW) di bawah PT Energia Prima Nusantara. Rencananya, PLTU mulut tambang ini mulai memproduksi listrik pada 2019.
Dari pembangkit ini, sebanyak 60 persen produk listriknya akan digunakan oleh perusahaan untuk melistriki tambang-tambang mereka. Sisanya akan dialokasikan ke Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Sedangkan, power plant di Jawa Tengah, PLTU Jawa-4 (Tanjung Jati B Unit 5 & 6) yang digarap oleh PT Bhumi Jati Power berkapasitas 2x1000 MW. Progres hingga Maret 2018 sudah mencapai 17,7 persen dan ditargetkan beroperasi secara komersial pada kuartal kedua 2021. “Energi sangat dibutuhkan dan kami melihat peluang-peluang yang lebih besar ke sektor energi,” ujar Iwan.
Bisnis lainnya yang siap digeluti oleh United Tractors yaitu tambang emas. Rencananya, pada semester kedua 2019, tambang emas ini akan beroperasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Iwan banyak berharap ke komoditas ini karena harganya lebih stabil dibandingkan batu bara.