Investor SBN Minta Return Tinggi, Biaya Utang Pemerintah Akan Membesar
Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik ke level 7,3% seiring kenaikan yield US Treasury di tenor yang sama. Melihat kondisi tersebut, pemerintah kemungkinan harus menaikkan kupon untuk penerbitan SBN yang baru agar bisa menarik investor. Alhasil, biaya utang bakal membesar.
Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan yield yang tinggi akan membentuk ekspektasi return yang tinggi dari investor SBN. Bila kenaikan yield bersifat temporer dan cepat kembali ke level normal, maka pemerintah bisa menerbitkan utang dengan kupon yang biasanya.
Namun, melihat turunnya permintaan dalam beberapa lelang SBN terakhir, ia pun menyebut hal itu dapat diartikan bahwa investor sudah meminta return yang tinggi. “(Ini) menyebabkan biaya utang pemerintah akan lebih besar,” kata Piter kepada Katadata.co.id, Senin (21/5). (Baca juga: Investor Minta Imbal Hasil Kelewat Tinggi, Lelang SUN Tanpa Pemenang)
Ke depan, ia pun melihat ekspektasi return SBN masih dalam kecenderungan naik. Apalagi, Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate. Bunga acuan BI tersebut juga diyakini akan mengalami kenaikan lanjutan mengikuti kenaikan bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate.
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, setiap kenaikan 1% yield SBN akan membuat pemerintah menaikan bunga (kupon) untuk menghindari selisih (spread) yield yang terlalu lebar dengan US Treasury di tenor yang sama.
"Jika dikalkulasikan maka 1% yield naik, dan bunga SBN disesuaikan maka kelebihan pembiayaan utang naik Rp 1,2-3 triliun," katanya. Jika pemerintah tetap mempertahankan kupon di level yang sama maka ia memprediksi yield SBN dengan tenor 10 tahun bisa naik ke level 8% yang mengindikasikan semakin menurunnya harga SBN seiring melemahnya permintaan.
(Baca juga: Puluhan Triliun Dana Asing Hengkang, Risiko Arus Keluar Masih Ada)
Di sisi lain, Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, pasar obligasi AS masih lebih menarik saat ini. “Jika US Treasury Yields mulai menunjukkan tanda-tanda koreksi, maka diharapkan agar obligasi pemerintah ke depannya akan menarik,” kata dia. Namun, koreksi tampaknya kurang memungkinkan karena pengaruh dari sentimen kenaikan Fed Fund Rate.