Impor Beras dalam Jumlah Besar Akan Bebani Keuangan Bulog
Penugasan impor beras dalam jumlah besar dari pemerintah dinilai membebani keuangan Bulog. Sebab, kompensasi dari pemerintah untuk penggantian modal baru bisa diberikan setelah beras impor berhasil didistribusikan Bulog.
Direktur Pengadaan Bulog menyatakan, selaku operator Bulog akan melakukan impor sesuai penugasan. “Tetapi hal itu tentu dengan melihat kemampuan kami secara finansial,” kata Andrianto kepada Katadata, Jumat (8/6).
Dana pembelian beras impor untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dilakukan Bulog saat ini sebagian didanai dari kas internal Bulog dan pinjaman perbankan. Sedangkan dana talangan beras impor dari pemerintah, biasanya baru akan cair ketika Bulog sudah melakukan penyaluran untuk stabilisasi harga pangan, bantuan bencana alam, dan bantuan sosial Natura.
(Baca : Bulog : Cadangan Beras Pemerintah Minus 27 Ribu Ton)
Menurutnya, beban keuangan perusahaan makin berat ketika terjadi kenaikan harga jual beras di pasar dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), sepanjang Januari hingga Mei 2017, rata-rata harga beras Vietnam sekitar US$ 345 per ton. Sementara harga beras Thailand sebesar US$ 382 per ton. Angka itu melonjak drastis dibandingkan periode sama tahun ini: beras Vietnam kini harganya US$ 426 per ton sedangkan beras Thailand US$ 480 per ton.
Di sisi lain, jika impor beras besar maka Bulog pun harus menyediakan dolar Amerika Serikat (AS) dalam jumlah besar. Karena itu, pelemahan nilai tukar terahadap dolar AS juga bisa memberi tekanan lebih tehadap beban keuangan perusahaan, “Nilai dolar AS sekarang sedang tinggi,” ujarnya.
Menurut data perusahaan, per 7 Juni 2018, stok beras Bulog telah sebesar 1,52 juta ton dengan rincian 1,37 ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 144 ribu ton beras komersial. Adapun total penyerapan dalam negeri telah mencapai 914 ribu ton.
Sementara itu, realisasi impor beras yang dilakukan Bulog per 28 Mei 2018 jumlahnya telah sebesar 561 ribu ton.
Opsi impor pun masih akan dilakukan Bulog apabila penyerapan dalam negeri terhambat, terutama pada musim kemarau. Meski demikian, Andrianto mengaku sudah memulai beberapa langkah untuk optimalisasi pembelian gabah dan beras petani.
Bulog telah bekerja sama dengan Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) binaan Kementerian Pertanian untuk penyerapan. Kesepakatannya, Gapoktan yang mendapatkan bantuan pengering dari pemerintah akan menjual produksi ke Bulog.