Restoran Cepat Saji KFC Targetkan Pendapatan Rp 6 Triliun Tahun Ini
Perusahaan investasi di sektor perdagangan retail dan produk konsumsi, PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET), memproyeksikan pendapatan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemilik jaringan gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) tahun ini mencapai Rp 6 triliun atau naik 10% dari total pendapatan tahun lalu sebesar Rp 5,3 triliun. Target itu diharapkan bisa dicapai seiring dengan rencana ekspansi perseroan ke beberapa daerah tingkat II di Indonesia.
Dikutip dari materi public expose DNET, hingga akhir tahun lalu KFC tercatat telah memiliki sekitar 628 unit gerai yang tersebar di seluruh Indonesia atau meningkat 9,2% dari jumlah gerai yang dimiliki perseroan per 2016.
Manajemen menyebut akan melakukan sejumlah startegi bisnis untuk mendorong peningkatan kinerja, seperti meningkatkan efisiensi penyediaan dan pengolahan ayam dengan berinvestasi pada kepemilikan rumah potong ayam. Di samping itu, perusahaan juga akan berinovasi dengan beberapa varian menu bernilai tambah dengan harga terjangkau disertai dengan merenovasi gerai agar menarik konsumen.
(Baca : Berutang Rp 2 T, Indoritel Gadaikan Saham Indomaret, Sari Roti, KFC)
Perluasan gerai dan penetrasi ke daerah tingkat II yang selama ini belum tergarap pun akan mulai dilakukan. Hal itu untuk mengantisipasi maraknya persaingan antar pelaku usaha restoran di beberapa kota besar.
Meski demikian, sejumlah tantangan pun tak luput dari bisnis perseroan, seperti kenaikan harga bahan baku dan baiaya material sebagai akibat dari meningkatnya upah minimun dan harga bbm. Kompetisi yang semakin ketat dengan semakin populernya kuliner lokal yang makin populer di masyarakat juga di sebut turut mempengaruhi pertumbuhan bisnis perusahaan.
Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah yang mempengaruhi kenaikan harga bahan baku, kenaikan biaya sewa dan service charge turut menyebabkan biaya operasional perusahaan meningkat.
(Baca juga : Tambah Gerai, Pemilik Jaringan CFC Siapkan Investasi Rp 30 Miliar)
Indoritel Makmur International saat ini diketahui merupakan pemilik 35,8% saham Fast Food Indonesia, pemilik jaringan gerai KFC. Selain itu, Indoritel juga tercatat memiliki 40% saham PT Indomarco Prismatama atau yang juga dikenal sebagai pemilik jaringan gerai Indomaret serta pemilik 25,7% saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) atau produsen roti bermerek Sari Roti.
Indoritel juga merambah bisnis jaringan serat optik pita lebar melalui anak usahanya PT Mega Akses Persada yang membawahi merek FiberStar. Hingga akhir 2017, jaringan FiberStar telah menjangkau 11 provinsi di 78 kota dan kabupaten di Indonesia dengan panjang gelaran mencapai 5.117 kilometer.
Meski demikian, manajemen perusahaan menyebut kinerja perusahaannya saat ini sebagian besar masih ditopang dari ketiga bisnis asosiasi. "Bersama dengan anak perusahaan dan entitas asosiasi, perseroan memfokuskan usaha di bidang retail," tulis manajemen dalam materi public expose kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Prospek bisnis retail dan makanan cepat saji juga diungkap PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP). Pemilik jaringan gerai makanan siap saji California Fried Chicken (CFC) ini berencana melanjutkan ekspansinya pada 2018 dengan menambah 30 unit gerai baru dan merenovasi gerai lama dengan total investasi sebesar Rp 30 miliar.
"Dari total kebutuhan dana ekspansi tahun ini, sekitar Rp 15 miliar akan dibiayai dari pinjaman Bank BCA, sementara sisanya dari kas internal," kata manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia.
Selain berfokus pada pengembangan gerai CFC, perusahaan juga berencana merambah segmen baru ke jenis makanan asal Jepang yakni mi ramen. Perusahaan akan mulai membuka outlet baru produk ramen dengan merek dagang Sugikaya.
(Baca : Rugi Bersih Hero Supermarket Turun 33% Pada Kuartal I 2018)
Dengan sejumlah ekspansinya tahun ini, Pioneerindo Gourmet menarget pendapatan usaha tahun ini bisa naik sekitar 15% dari total pendapatan tahun lalu sebesar Rp 536 miliar.
Pencapaian target itu juga akan didukung oleh sejumlah startegi bisnis perseroan, di antaranya seperti peningkatan standar produk, mendorong aktivitas pemasaran dan promosi serta melakukan pemetaan yang tepat terhadap rencana pembukaan gerai yang efektif dan produktif sehingga mampu mengehmat biaya distribusi.
Sepanjang kuartal I 2018, perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 121,9 miliar, meningkat 9,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 111,7 miliar. Peningkatan itu antara lain disebabkan oleh kenaikan rata-rata berbelanja (avarage cheque) sebesar 8% dan peningkatan penjualan dari gerai baru. Sementara laba periode berjalan perseroan juga mencatat peningkatan sebesar 86,7% dengan perolehan net profit margin sebesar 0,5% di kuartal I 2018.