Menko Darmin Sebut Harga Ayam dan Telur Stabil dalam Waktu Tiga Bulan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan harga ayam dan telur akan kembali stabil dalam waktu dekat, sekitar dua hingga tiga bulan mendatang. Darmin menjelaskan, kenaikan harga ayam dan telur disebabkan beberapa faktor.
"Itu bukan persoalan besar yang harus dibesar-besarkan. Nanti juga siklusnya (harga ayam dan telur) kira-kira dua hingga tiga bulan (kembali normal)," kata Darmin di Jakarta, Kamis (2/8).
(Baca : Lagi, Telur dan Ayam Sumber Inflasi Juli 2018)
Menurut Darmin, faktor pertama yang menyebabkan kenaikan harga lantaran para penjual ayam dan telur ketika musim libur Lebaran tak beraktivitas.
Adapun mahalnya harga ayam, dia menilai ada masalah dalam perencanaan dan pengembangan ayam umur sehari (day old chicken/DOC). "Bibitnya tadi tidak optimum perencanaannya," kata Darmin.
Mahalnya harga telur, kata Darmin, karena ada penyakit yang saat ini belum bisa teratasi. Dia menyebutkan terdapat antibiotik yang tidak bisa diberikan kepada ayam petelur karena penjualannya dilarang.
Darmin menjelaskan, para produsen telur didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Mereka kerap meracik pakan bagi ayam petelur secara mandiri. Di dalam pakan tersebut, biasanya para produsen mencampurkan antibiotik agar ayam petelur bisa lebih sehat.
(Baca juga: Pemerintah Antisipasi Kenaikan Harga Pangan Jelang Idul Adha)
Ini berbeda dengan peternak ayam yang rata-rata pakannya berasal dari industri, seperti Japfa atau Charon Pokphan. Alhasil, kesehatan komoditas dari peternak ayam lebih terjaga dibandingkan produsen telur.
"Dia (produsen telur) lebih mudah terganggu dibanding (pakan) yang industri," kata Darmin.
Darmin mengatakan telah memerintahkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk memeriksa masalah ini sehingga siklus produksi ayam dan telur kembali normal. Menurutnya, pemerintah tak akan mengintervensi dengan mengimpor agar harga ayam dan telur turun.
"Tidak bisa kita tiba-tiba impor telur, tidak bisa," kata Darmin.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional pada Kamis (2/8), harga rata-rata daging ayam ras segar mencapai Rp 39.100 per kilogram (kg). Sementara, harga telur ayam ras segar sebesar Rp 26.150 per kg.
Bank Indonesia (BI) mencatatkan kenaikan harga telur ayam pada pekan keempat Juli mencapai 14% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara, harga daging ayam ras meningkat 6,9% jika dibandingkan pekan keempat Juni.
Mahalnya harga ayam dan telur disebut sebagai faktor penyebab terjadinya inflasi pada Juli 2018. Berdasarkan data BPS, komoditas telur ayam ras memberikan andil terbesar terhadap inflasi sebesar 0,08% dikuti daging ayam ras dengan kontribusi 0,07%.