ConocoPhilips Sebut Tak Semua Minyaknya Cocok untuk Kilang Pertamina
ConocoPhillips mempertanyakan kesiapan kilang PT Pertamina (Persero) mengolah minyak bumi milik kontraktor. Ini menyikapi rencana pemerintah menerapkan kebijakan agar kontraktor menjual minyak mentah ke Pertamina.
Vice President Commercial and Business Development ConocoPhillips Taufik Ahmad mengatakan tidak semua minyak hasil produksinya bisa cocok dengan kilang Pertamina. Ini juga yang menjadi alasan perusahaan asal Amerika Serikat itu mengekspor minyak bumi jatahnya.
Untuk itu, pihak ConocoPhillips akan berbicara dengan Pertamina mengenai kebijakan itu. Salah satu pembahasannya adalah mengenai cara mengolah minyak hasil produksi ConocoPhillips.
Jangan sampai, minyak yang sudah dibeli tidak bisa digunakan di kilang Pertamina. “Karena masalahnya spesifikasi yang belum tentu cocok sama kilang Pertamina. Selama ini kenapa kami ekspor karena ada yang tidak cocok," kata Taufik di Jakarta, Senin (27/8).
Setelah bicara teknis pengolahan ini, manajemen ConocoPhillips akan membicarakan mengenai harga. Saat ini ConocoPhilips memproduksi minyak dari Blok Corridor sebesar 6-7 ribu barel per hari (bph). Produksi ini lebih kecil lantaran blok tersebut dominan menghasilkan gas.
Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) memastikan seluruh minyak hasil produksi di Indonesia bisa diolah di kilangnya. Dengan begitu perusahaan minyak milik pemerintah ini siap membeli semua minyak yang dihasilkan KKKS.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan sudah menguji semua minyak mentah tersebut untuk dikelola di kilangnya. “Crude tersebut sudah dilakukan plant test untuk kecocokan dengan konfigurasi kilang Pertamina. Hasilnya cocok,” kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (23/8).
Menurut Adiatma, justru minyak hasil produksi Indonesia memiliki kualitas yang lebih bagus dari saat ini digunakan. Adapun, selama ini Pertamina mengimpor minyak dari Afrika untuk kilangnya.
Minyak dari Afrika itu memiliki sulfur lebih tinggi daripada yang di Indonesia. “Sulfurnya lebih tinggi karena harganya lebih murah misalnya, jadi dalam negeri pokoknya kami serap,” ujar dia.
(Baca: Alarm untuk Pemerintah Atas Kebijakan Wajib Jual Minyak ke Pertamina)
Penjualan minyak milik kontraktor hasil produksi di Indonesia ini merupakan instruksi dari Presiden Joko Widodo untuk menekan impor dan ujungnya bisa memperkuat nilai tukar rupiah (Rp) terhadap dolar Amerika Serikat (US$). Jadi, Jokowi, panggilan akrab presiden, meminta produksi siap jual (lifting) minyak kontraktor untuk dibeli untuk seluruh Pertamina dan tidak diekspor.