Pasar Modal Terkoreksi Pelemahan Rupiah

Image title
5 September 2018, 07:00
Bursa saham
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terkoreksi dalam empat hari terakhir. Pada penutupan perdagangan Selasa (4/9) indeks turun 62,27 poin atau 1,04% ke level 5.905. Hal ini seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menembus Rp 14.927.

“Pelemahan IHSG diakibatkan oleh nilai tukar rupiah yang kembali melemah,” ujar Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper melalui rilisnya terkait penutupan perdagangan pasar saham Selasa (4/9).

Advertisement

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan melemahnya IHSG tidak lepas faktor krusial baik dari internal maupun eksternal. Faktor internal yang memengaruhi indeks dan juga menjadi penyebab rupiah melemah seperti pelebaran defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang per triwulan kedua tahun ini, ada di posisi US$ 8 miliar atau sama dengan 3% terhadap PDB.

Faktor eksternal yang menyebabkan pelemahan ini antara lain, berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok yang masih terjadi. Akhir pekan lalu, Presiden Amerika Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif impor tambahan sebesar US$ 200 miliar terhadap produk Tiongkok. Perang dagang lanjutan tersebut akan dimulai pekan ini.

“Juga terkait faktor banyak perang dagang lainnya seperti negosiasi yang buntu antara Amerika Serikat dengan Kanada,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Selasa (4/9). (Baca: Perang Dagang hingga Krisis Argentina Menekan Rupiah Mendekati 14.900)

Meski begitu, Nafan menilai terkoreksinya IHSG masih dalam taraf yang wajar, karena masih belum terlalu besar. Secara total, pelemahan IHSG dalam empat hari terakhir ini sebesar 159,83 poin atau 2,66%. “Saya rasa masih dalam kategori wajar, tidak mengalami pelemahan signifikan,” katanya.

Kedua analis ini berbeda pendapat soal pengaruh Indonesia 10 Year Bond Yield. Dennies menilai, senitmen negatif yang membuat IHSG melemah juga dikarenakan yield Indonesia Bond di level 8,3%. Sedangkan, Nafan menilai yield tersebut dalam keadaan tren naik, sehingga arus modal masih akan terus mengalir ke obligasi Indonesia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement