BKPM: Investasi Sektor Farmasi Rentan Terdampak Pelemahan Rupiah
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan pelemahan nilai tukar rupiah –apalagi jika tembus 15.000 per dolar Amerika Serikat- akan berdampak pada kelangsungan investasi di Indonesia. Dua di antaranya bakal menghantam industri farmasi dan kimia.
Pelaksana tugas Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Wisnu Wijay Soedibjo mengatakan mayoritas bahan dasar industri farmasi berasal dari impor. Karena itu, begitu rupiah terjatuh, efek langsungnya akan terasa. “Mereka 80 hingga 90 persen komponennya impor,” kata wisnu di kantornya, Jakarta, Selasa (25/9).
(Baca juga: Kunci Mengatasi Pelemahan Rupiah dan Defisit Neraca Pembayaran)
Namun Wisnu juga memastikan ada pula industri dan investasi yang tetap dapat tancap gas dengan pelemahan rupiah. Salah satunya adalah sektor makanan dan minuman yang bahan dasarnya berupa komoditas lokal. Jadi, selain ada yang dirugikan dari terseoknya kurs rupiah, ada pula yang diuntungkan.
Data realisasi investasi yang dikeluarkan BKPM menunjukkan bahwa angka pertumbuhan penanaman modal kuartal kedua 2018 turun dari kuartal sebelumnya. Walau demikian, Wisnu menyatakan investasi dapat dipacu kembali asalkan seluruh pihak menjaga beberapa hal.
Di antara prasyarat itu adalah nilai tukar di bawah Rp 15 ribu per dolar, ekonomi global membaik, serta perizinan daerah terintegrasi dengan pusat. “Nilai tukar tidak boleh naik terlalu tinggi. Apalagi, Bank Indonesia juga tidak ingin seperti itu,” kata Wisnu. (Baca juga: Pemerintah Dorong Penguatan Ekspor Industri untuk Pulihkan Rupiah)
Selain itu, pemerintah menginginkan rapat tahunan Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) - Bank Dunia pada Oktober 2018 jadi ajang mencari peluang investasi senilai US$ 42,4 miliar. Terdapat 79 proyek dari 21 badan usaha milik negara (BUMN) yang akan ditawarkan.
“Peluang investasi sebesar US$ 42,2 miliar tetapi total proyek sebanyak US$ 86,1 miliar,” kata Staf Khusus Kementerian BUMN Sahala Lumban Gaol beberapa waktu lalu.