Menteri Luhut: Kenapa Harus Risau Rupiah Mencapai 15.000 per Dolar?
Keperkasaan dolar Amerika Serikat terhadap sejumlah mata uang negara global masih berlangsung. Rupiah salah satu yang paling tertekan. Bahkan, Selasa kemarin, mata uang Garuda sempat memimpin kejatuhan paling dalam hingga melewati batas psikologi baru di level 15.000 per dolar. Namun, bagi Luhut Binsar Pandjaitan, kondisi tersebut tak terlalu mengkhawatirkan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini mangatakan tidak risau dengan pelemahan rupiah saat ini. Alasannya, sejumlah indikator ekonomi Indonesia masih menunjukkan tren yang bagus. (Baca: Rupiah Tembus 15.000 per Dolar AS, Pimpin Pelemahan Mata Uang Asia).
Di masa lalu, ujar dia, level psikologis rupiah juga sempat melonjak dari level 10.000 menjadi 13.000 per dolar. Walau demikian, hal itu tidak berdampak apa-apa lantaran indikator lain menunjukkan angka yang positif. “Kenapa harus risau Rp 15 ribu?” kata Luhut di kantornya, Jakarta, Rabu (3/10).
Beberapa indikator tersebut misalnya angka inflasi masih terjaga sesuai target dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2018 di level 3,5 persen. Begitu pula pertumbuhan kredit berada di angka 11,9 persen. Bahkan Luhut sempat ditawari oleh para pengelola dana di New York, Amerika Serikat agar Indonesia kembali berutang lantaran masih memiliki ruang untuk itu.
Meski demikian, Luhut memastikan pemerintah juga memiliki strategi melawan pelemahan rupiah, yang di antaranya karena defisit neraca perdagangan dan berjalan yang dipicu oleh tingginya nilai impor. Beberapa di antaranya yaitu mandatori biodiesel 20 persen (B20). Program ini ditaksir menghemat devisa US$ 4-6 miliar.
(Baca pula: Sri Mulyani: Bank Telah Adaptasi Pelemahan Rupiah 15 Ribu per Dolar)
Selain itu, menjalankan Tingkat Kandungan Dalam Negeri dalam proyek pemerintah. Sektor pariwisata yang banyak mendatangkan dolar juga akan dipacu. “Dengan begini, ke depan tentu akan lebih baik,” kata dia. “Jadi tidak usah diceritakan oleh orang-orang yang tidak jelas.”
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyatakan akan memanfaatkan forum infrastruktur di sidang tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali untuk memacu investasi infrastruktur. Proyek-proyek seperti bandara dan pelabuhan dapat mendatangkan dana dari luar dan memperkuat devisa.
“Dan bukan hanya besaran investasi namun kecepatan realisasinya yang dapat menopang rupiah,” kata Thomas. (Baca: Tom Lembong Bidik Pendanaan Infrastruktur Tahan Bencana di Bali)
Dikutip dari Bloomberg, nilai tukar rupiah kemarin berada di level 15.075 per dolar Amerika. Sedangkan dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah diperdagangkan dengan nilai Rp 15.088.