Bekraf Tawarkan 5 Produk Kreatif untuk Dipasarkan di Alibaba
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menawarkan lima produk untuk dipasarkan lewat platform e-commerce terbesar di Tiongkok, Alibaba. Bekraf menargetkan, produk Indonesia bisa dipasarkan lewat Alibaba dalam jangka waktu lama.
Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, dirinya belum menetapkan produk mana saja yang bakal diajukan untuk dipasarkan di Alibaba. Untuk itu, dirinya akan berdiskusi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution terkait komitmen Alibaba untuk memasarkan produk Indonesia.
Hanya, ia menegaskan bahwa produk itu bisa berupa kerajinan kriya, pakaian, ataupun makanan. "Ada lima produk, masih kami rundingkan," kata Triawan di sela-sela pembukaan Pavilliun Indonesia di Hotel Westin, Bali, Selasa (9/10). Nantinya, produk ini akan dipasarkan di Alibaba dalam kampanye Single’s Day, pada 11 November 2018 mendatang.
Meskipun hanya sehari, peluang untuk produk Indonesia dibeli lewat Alibaba dinilainya cukup besar. Sebab, total transaksi Gross Merchandise Volume (GMV) Alibaba pada Single’s Day 2017 lalu mencapai US$ 25,3 miliar atau Rp 342,8 triliun.
(Baca juga: Akhir Tahun, 155 Pebisnis Kreatif Berstatus Perseroan Terbatas)
Secara umum, ia menjelaskan bahwa kolaborasi pemerintah dengan Alibaba memiliki dua tujuan. Pertama, pemasaran jangka pendek dan jangka panjang. "Setelah ini produk itu harus bisa dipasarkan (di Tiongkok) selamanya," ujarnya.
Sebelumnya, Pendiri Alibaba Group Jack Ma dijadwalkan menghadiri Sidang Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) – Bank Dunia di Bali, pada Sabtu (13/10) mendatang. Dalam kesempatan ini, Jack Ma juga berkomitmen mempromosikan produk Indonesia lewat platform-nya, Alibaba Group.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara. "Kalau Jack Ma bicara beli barang Indonesia, maka mereka (penduduk Tiongkok) deeply considered," ujarnya.
Selain itu, dalam forum IMF – Bank Dunia, Jack Ma akan berbagi informasi terkait strategi meningkatkan ekspor suatu negara. Salah satu faktor pendorongnya adalah dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya di bidang ekonomi digital.