Hadapi Perang Dagang, Indonesia Serukan Kerja Sama 'Blok Selatan'
Perang dagang yang sedang dikobarkan Amerika Serikat ke sejumlah negara –melalui penaikan tarif bea masuk- tak luput dari pembahasan di sekitar sidang tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia. Di Bali, Wakil Menteri Keuangan Indonesia Mardiasmo mengatakan ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ini memberikan konsekuensi terhadap pasar.
Akibat perang dagang tersebut, tarif impor meningkatan signifikan sehingga semakin menekan volume dan kinerja ekspor. “Keadaan ekonomi global saat ini menuntut pentingnya kerja sama “Selatan-Selatan”, terutama untuk menciptakan respons serta strategi dalam menangani berbagai situasi yang terjadi,” kata Mardiasmo, Selasa (9/9/2018).
(Baca: Perang Dagang AS-Tiongkok Memanas, RI Berpeluang Rebut Pasar Ekspor).
‘Blok Selatan’ merupakan negara-negara di sisi selatan dunia. Kerap juga disebut sebagai negara berkembang dengan rata-rata pendapatan relatif rendah. Infrastrukturnya kerap minim. Demikian juga dengan indeks perkembangan manusianya. Australia dan Selandia Baru diperkecualikan dari blok ini
Mardiasmo menyampaikan pentingnya hal tersebut dalam diskusi panel bertajuk “The Growing Importance of South-South Cooperation Amid Trade Tensions and Global Financial Market Volatility dalam rangkaian sidang IMF-Bank Dunia. Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank.
Seperti diketahui, LPEI bertugas untuk menyelenggarakan Program Ekspor Nasional. Prioritas pembiayaannya yaitu mempertahankan kemampuan industri padat karya, menumbuhkan efek beruntun ekonomi rakyat, dan mengembangkan chanelling produk Indonesia di pasar ekspor.