Sisi Positif Perang Dagang, Ekspor Minyak Sawit Juli Melejit

Michael Reily
28 Agustus 2018, 18:26
sawit
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Perang dagang yang terus mengiang dari kebijakan Amerika Serikat menerapkan tarif bea masuk tinggi membuat was-was banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Namun, masih ada sisi positif di baliknya.  Indonesia berupaya memanfaatkan situasi ini untuk mendongkrak ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatatkan peningkatan ekspor ke Tiongkok dan India yang sedang melawan Amerika. Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyatakan ekspor sawit dan turunannya pada Juli kemarin mencetak rekor tertinggi bulanan dengan capaian 3,22 juta ton, naik 27 % dibandingkan Juli 2017 yang hanya 2,54 juta ton. Jika dibandingkan Juni 2018 yang hanya 2,29 juta ton, ekspor melonjak 40 %.

Menurutnya, pendorong utama menggeliatnya pasar minyak sawit Indonesia adalah harga komoditas ini yang sedang murah. India pun kembali membeli minyak sawit sebagai respons regulasi baru Negeri Paman Sam yang menaikkan bea masuk untuk impor kedelai, bunga matahari, dan rapeseed. “Serta Tiongkok yang mulai tertarik dengan biodiesel Indonesia,” kata Mukti dalam keterangan resminya, Selasa (28/8).

Secara tahunan, kinerja ekspor CPO serta biodiesel dan oleochemical naik 2 % pada Januari hingga Juli 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume ekspor Januari - Juli 2017 mencapai 18,15 juta ton, naik menjadi 18,52 juta ton tahun ini. (Baca juga: Ekspor Industri CPO Berpotensi Naik Meski Ada Larangan Uni Eropa)

Perang dagang Amerika-Cina serta India, kata Mukti, cukup mempengaruhi pasar global. Amerika menaikkan tarif impor yang lebih tinggi untuk aluminium dan baja dari India, sebaliknya India merespons dengan mengajukan keberatan kepada WTO beserta daftar produk yang akan menjadi subyek retaliasi dari pajak bea masuk.

Daftar produk yang diajukan India antara lain gandum, minyak kedelai mentah, dan refined palm olein. Buntutnya, India pun menahan pembelian minyak kedelai mentah dari Amerika. Negeri Taj Mahal itu yang semula mengurangi permintaan minyak sawit dari Indonesia, pada Juli kemarin menggenjot pembeliannya hingga 652,73 ribu ton. Ini merupakan pembelian tertinggi sepanjang 2018. Bea masuk tinggi tidak lagi menjadi penghambat kebutuhan India untuk memacu pembelian minyak sawit dari Indonesia 40 % lebih tinggi dibandingkan Juni.

Cina juga membukukan pembelian sawit dan turunannya dari Indonesia naik 6 % dari 330,43 ribu ton pada Juni meningkat menjadi 350,12 ribu ton di Juli. “Hal yang cukup menarik dari Negeri Tirai Bambu selama dua bulan terakhir ini adalah pasar biodiesel yang mulai bergeliat,” kata Mukti.

Menurut GAPKI, Tiongkok telah membeli biodiesel berbasis sawit dari Indonesia sebesar 185 ribu ton untuk pertama kalinya. Pada Juli, permintaan pun meningkat menjadi 210 ribu ton. Tiongkok juga mulai mempromosikan penggunaan biofuel dalam rangka mengurangi emisi dengan penggunaan biodiesel berbasis bioethanol. (Baca: Tiru Indonesia, Malaysia Dorong Permintaan CPO dengan Biodiesel)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...