Pemerintah Pikat Investor di Forum IMF-World Bank

Desy Setyowati
9 Oktober 2018, 15:05
Sri Mulyani
Katadata/Arief Kamaludin
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara utama dalam Indonesia Investmen Forum 2018 di ajang Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018, Bali, Selasa, (09/10).

Pemerintah memanfaatkan Sidang Tahunan Dana Moneter Internasional atau IMF-Bank Dunia 2018 untuk menggaet investor. Pemerintah mengkaji skema pembiayaan infrastruktur di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), salah satunya kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pembiayaan infrastruktur memiliki dua risiko yakni karena bersifat jangka panjang dan terkait dengan volatilitas mata uang. "Biasanya kami mengundang pembiayaan dari luar (anggaran pemerintah) untuk membiayai infrastruktur," kata dia di Hotel Conrad, Bali, Selasa (9/10).

Karena sifatnya jangka panjang, maka investor baru bisa menikmati hasilnya dalam beberapa tahun setelah infrastruktur terbangun. Sementara, pergerakan nilai tukar rupiah bisa memengaruhi besar kecilnya beban yang harus ditanggung si peminjam, terutama jika pinjaman berdenominasi valutas asing (valas). "Risiko tradisional ini harus diatasi," ujarnya.

Maka dari itu, pemerintah menerapkan skema KPBU untuk meminimalisir risiko pembiayaan infrastruktur tersebut. Bentuknya pun bermacam-macam, ada yang dengan dijamin oleh pemerintah; dukungan kelayakan proyek atau viability gap fund (VGF); ketersediaan layanan (availability payment); dan, dukungan sebagian dari pemerintah.

(Baca juga: Bos IMF: Ekonomi Indonesia Dikelola Baik, Tak Perlu Diberi Utang)

Ada juga skema pembiayaan seperti seperti Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA), Obligasi Pemerintah Daerah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA), Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT), dan Komodo Bond. Lalu yang terbaru, pemerintah tengah mengkaji Skema Konsesi Terbatas atau Limited Concession Scheme (LCS).

"Kita hidup di era yang bunganya tidak rendah dalam waktu lama. Ini mengapa kami berupaya menjaga stabilitas ekonomi dan bagaimana bisa berkolaborasi untuk membuat skema pembiayaan baru untuk infrastruktur," kata Sri Mulyani.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan ada tiga risiko pembiayaan infrastruktur yaitu nilai tukar, suku bunga, dan likuiditas pasar. Ia memastikan, pergerakan nilai tukar rupiah akan sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia. "BI juga akan selalu hadir di pasar," kata dia.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...