Dikelilingi Sentimen Positif, Otot Rupiah Terus Menguat
Penguatan kurs rupiah terus berlanjut hingga semakin jauh meninggalkan level 15.000 per dolar AS. Pada perdagangan di pasar spot, Selasa (6/11), kurs rupiah sempat menguat ke level 14.790. Deputi Gubernur Dody Budi Waluyo mengatakan penguatan tersebut dipicu sentimen positif di pasar terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga meredanya ketegangan antara AS dan Tiongkok.
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,17% secara tahunan pada kuartal III lalu. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi pada periode sama sejak 2014 atau semasa pemerintahan Presiden Joko Widodo. "Meski pertumbuhan di kuartal III 2018 lebih rendah dari 5,27% di kuartal II 2018, tapi sebenarnya itu masih cukup tinggi," kata Dody di Hotel Pullman Jakarta, Selasa (6/11).
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi kuartal III lalu menunjukkan konsumsi rumah tangga masih besar dan investasi tetap tumbuh. Sejalan, hasil survei juga menunjukkan keyakinan konsumen dan produsen positif. Maka itu, sentimen di pasar positif.
(Baca juga: Kurs Rupiah Menguat Lagi ke Level 14.000 Berkat Pasar Valas Berjangka)
Selain itu, menurut dia, upaya pemerintah dalam menekan defisit transaksi berjalan juga turut meringankan tekanan terhadap kurs rupiah. Beberapa kebijakan pemerintah khususnya yang terkait pengendalian impor disebutnya sudah menunjukkan hasil. Kebijakan yang dimaksud di antaranya kenaikan tarif pajak penghasilan (PPh) seribuan barang konsumsi.
Angka pertumbuhan impor konsumsi pada September 2018 turun 14,97% dibandingkan bulan sebelumnya. "Jadi itu sudah mendukung, meski sebenarnya kebijakan itu (kenaikan tarif PPh impor barang konsumsi) baru di September," ujarnya. Oleh karena itu, ia mengatakan upaya pemerintah mengurangi defisit transaksi berjalan baru terlihat pada triwulan IV 2018.
(Baca juga: Beratnya Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi di Pengujung Tahun)
Meski begitu, ia menyebut pengendalian impor memang belum optimal. Sebab, adanya kebutuhan impor yang tidak bisa diturunkan untuk pembangunan infrastruktur.
Dari sisi global, meredanya ketegangan dalam hubungan dagang AS dan Tiongkok juga menambah sentimen positif terhadap mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah. Meredanya ketegangan seiring pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
(Baca juga: Kuartal IV 2018, Arus Modal Asing Kembali ke Pasar Negara Berkembang)
Mengacu pada data Bloomberg, kurs rupiah tercatat meninggalkan level Rp 15.000 per dolar AS pada Jumat (1/11). Saat berita ini ditulis, kurs rupiah tercatat diperdagangkan dalam rentang 14.790-14.947 per dolar AS pada Selasa (6/11).
Dody mengatakan BI dan pemerintah akan terus menjaga kurs rupiah tetap berada pada nilai fundamentalnya. Upaya stabilisasi kurs rupiah terus dilakukan lewat berbagai kombinasi kebijakan, seperti bunga acuan BI dan intervensi dengan cadangan devisa.