Bunga Tinggi, Bankir Sebut Permintaan Kredit Rumah dan Kendaraan Lemah

Rizky Alika
28 November 2018, 11:58
Perumahan
Agung Samosir|KATADATA
Maket perumahan dalam pameran perumahan

Bunga bank mulai mengalami kenaikan seiring peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) lemah imbas kondisi tersebut.  

“(Kredit konsumsi) agak lemah, bunga makin tinggi, KPR KKB akan menurun,” kata dia usai menghadiri Pertemuan Tahunan BI di Jakarta, Senin (27/11).

Di sisi lain, permintaan kredit untuk modal kerja dan investasi masih akan bergantung pada prospek pasar. "Kalau prospek pasar bagus, permintaan buying power kuat, otomatis orang menambah kredit, meski bunga naik sedikit tidak apa-apa," ujar dia.

(Baca juga: Harga CPO Anjlok, BCA Tidak Berani Salurkan Kredit ke Debitor Baru)

Meski begitu, ia menyebut pertumbuhan kredit perbankan tahun ini membaik dibandingkan tahun lalu, per September tumbuh di kisaran 8-9%. Ia pun mendukung bila BI harus kembali mengerek suku bunga acuan.

"Yang penting jangan kaget, misalnya 3%. Kalau cuma 0,25% (tidak apa-apa)," kata dia. Ia meyakini, bila kenaikannya tidak drastis, dunia bisnis akan bisa menyesuaikan diri. 

Chief Executive Officer (CEO) Citi Indonesia Batara Sianturi juga menyebut pertumbuhan kredit masih positif. "Citibank sendiri tahun ini kan pertumbuhan kredit 22% secara year on year. Padahal target 8%," ujarnya. Namun, ia memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun depan tidak akan setinggi tahun ini.

(Baca juga: Pertumbuhan Rendah Dana Nasabah Bisa Picu Perang Bunga Bank

Meski begitu, ia mengapresiasi kebijakan bunga acuan yang diterapkan BI. "Bahwa dengan (kebijakan moneter) ahead of the curve dan pre-emptive (antisipatif) kami lihat bahwa hasilnya cukup baik," ujarnya.

BI telah mengerek suku bunga acuan sebesar 1,75% sepanjang tahun ini menjadi 6%. Kebijakan tersebut sebagai langkah antisipatif terhadap normalisasi moneter di Amerika Serikat (AS) yang bakal diikuti oleh negara maju lainnya.

Kebijakan tersebut diharapkan bisa meningkatkan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga meredam arus keluar dana asing. Selain itu, mengendalikan defisit transaksi berjalan imbas peningkatan aktivitas domestik. Dengan begitu, bisa membantu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Adapun BI memproyeksikan pertumbuhan kredit di kisaran 10-12% pada tahun ini dan tahun depan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...