Menang Tuduhan Dumping Uni Eropa, Ekspor Biodiesel Diproyeksi Naik 15%
Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) memproyeksikan ekspor biodiesel naik hingga 15% pada tahun ini. Kemenangan Indonesia di World Trade Organization (WTO) atas tudingan dumping dari Uni-Eropa diharapkan bisa menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan ekspor.
Ketua Umum Aprobi Master Parulian Tumanggor menyatakan indikasi kenaikan ekspor sudah mulai dirasakan sejak semester kedua 2018. "Paling tidak ekspor akan meningkat sekitar 15% sampai 18% karena kemenangan di WTO," kata Tumanggor di Jakarta, Rabu (9/1).
(Baca: Distribusi Lancar, Serapan Sawit untuk Biodiesel per November Naik 17%)
Berdasarkan perhitungan Aprobi, ekspor biodiesel tahun lalu mencapai 1,6 juta kiloliter. Penggunaan biodiesel untuk program B20 yang mencapai sekitar 3,7 juta kiloliter membuat produksi tahun lalu mencapai lebih dari 5 juta kiloliter.
Sementara itu, Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan secara terpisah mengungkapkanekspor pada 2019 kemungkinan bisa mencapai 2 juta kiloliter dengan peningkatan ekspor sebesar 15%. "Tambahan kemungkinan datang dari Tiongkok dan Eropa," ujarmya.
(Baca: Selama 2018, Program B20 Hemat Devisa Rp 28,4 triliun)
Selain ekspor, produksi biodiesel pun pada 2019 diperkirakan mencapai sekitar 8 juta sampai 9 juta kiloliter. Yang mana sekitar 6 juta hingga 7 juta kiloliter akan terserap untuk kebutuhan domestik, sisanya akan dialokasikan untuk pasar ekspor.
Menurut Paulus, dari 21 perusahaan biodiesel yang beroperasi di Indonesia saat ini, secara keseluruhan memiliki kapasitas produksi sampai 12 juta kiloliter. Sehingga, dengan kapasitas produksi yang ada saat ini dinilai cukup untuk memenuhi permintaan domestik maupun global.