Dua Fokus Kebijakan Ekspor untuk Tekan Defisit Neraca Dagang

Michael Reily
16 Januari 2019, 06:09
Kenaikan Nilai Ekspor Jawa Timur
ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Kapal tunda (tug boat) melintas di Selat Madura, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (15/3). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, nilai ekspor Jawa Timur bulan Februari 2017 mencapai USD 1.522,99 juta atau naik 11,18 persen dibanding ekspor bulan Januari 2017 yang mencapai USD 1.369,87 juta.

Pemerintah mencoba untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan dengan beberapa strategi. Tahun lalu, Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 8,5 miliar, terbesar sepanjang sejarah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) bakal mencari solusi dalam kemudahan ekspor industri pilihan. "Satu hal yang perlu kita lakukan adalah mendorong ekspor nonmigas," kata Darmin di Jakarta, Selasa (15/1) malam.

Advertisement

Berdasarkan data BPS, neraca nonmigas mengalami surplus sebesar US$ 3,83 miliar, tetapi lebih kecil daripada defisit neraca migas yang mencapai US$ 12,40 miliar. Padahal tahun 2017, defisit migas US$ 8,57 miliar mampu tertutup oleh surplus nonmigas yang mencapai US$ 20,41 miliar.

Darmin mengungkapkan, pemerintah bakal mengkaji perubahan aturan untuk kemudahan ekspor produk nonmigas. Beberapa sektor industri yang memiliki potensi besar seperti kimia, tekstil, elektronik, otomotif, serta makanan dan minuman akan menjadi fokus perhatian.

(Baca: Terbesar Sepanjang Sejarah, Neraca Dagang 2018 Defisit US$ 8,57 Miliar)

Menurut dia, peningkatan ekspor akan lebih berdampak besar daripada pengendalian impor, terutama untuk produk migas yang memberi andil atas defisit neraca. "Migas itu susah ditetapkan karena memang kebutuhan kita, paling kita coba kurangi dengan program B20," ujar Darmin.

Grafik:

Selain itu, pemerintah juga akan berupaya mendorong ekspor produk industri sebagai subtitusi atas ketergantungan Indonesia terhadap komoditas. Apalagi pada tahun lalu, ekspor minyak kelapa sawit (CPO) turun 11,39% dari 22,96 juta ton menjadi 20,35 juta ton.

Darmin menambahkan, pemerintah juga berfokus pada peningkatan akses terhadap pasar nontradisional. Sepanjang 2018, Kementerian Perdagangan melakukan misi perdagangan dengan fokus di wilayah Asia Selatan serta Afrika Timur.

Menurut dia, penambahan pasar baru tidak bisa cepat, tetapi pemerintah harus merintis langkah dalam kerja sama bilateral negara-negara nontradisional tersebut. "Kita harus cari tahu, terutama dalam kaitannya dengan prosedur serta mekanisme ekspor para pengusaha," ujar Darmin.

Data BPS, Indonesia memang masih tergantung pada pasar ekspor utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Porsi ekspor kepada ketiga negara bisa mencapai 35,90%, meningkat dibandingkan tahun 2017 yang hanya 34,74%.

(Baca: Kurs Rupiah Perkasa di Tengah Data Defisit Besar Neraca Dagang)

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement