IHSG Dibuka Koreksi Tipis 0,07% Dipengaruhi Kekhawatiran Perang Dagang
Indeks harga saham gabungan (IHSG) memulai perdagangan saham hari ini dengan koreksi tipis 0,08% ke level 6.453,78. Namun IHSG langsung bergerak naik hingga mencapai level 6.485,25 yang menjadi titik tertingginya pagi ini.
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham di regional Asia yang juga mengawali hari ini dari zona merah. Indeks Strait Times sementara ini terkoreksi makin dalam sebesar 0,49%, Shanghai turun 1,05%, Hang Seng Turun 0,71%, Nikkei turun 0,97%, Kospi turun 0,56%, KLCI turun 0,46%. PSEi memulai dari zona hijau namun saat ini sudah turun ke zona merah 0,24%.
IHSG kemarin sempat menembus level 6.500, namun indeks tidak mampu bertahan di level tersebut salah satunya karena dana asing di pasar saham Indonesia keluar hingga mencapai Rp 661,58 miliar.
Sentimen dari dalam negeri sebenarnya berpotensi mendorong kinerja IHSG. Beberapa emiten telah merilis kinerja keuangannya untuk tahun buku 2018 dengan capaian laba yang sangat baik. Sementara itu kondisi fundamental ekonomi dinilai sejumlah analis berada dalam kondisi yang cukup stabil. Tekanan terhadap perekonomian saat ini hanya dari defisit neraca perdagangan yang semakin dalam di 2018 yang berpotensi memperbesar defisit neraca berjalan.
(Baca: Rupiah Perkasa, Investor Asing Buru Aset Keuangan Indonesia)
Sementara itu dari eksternal, investor masih menantikan hasil negosiasi dagang lanjutan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok di Washington DC, AS, pada 30-31 Januari. Walaupun kedua belah pihak menunjukkan keinginan yang kuat untuk mencapai kesepakatan, namun jika hal tersebut tidak tercapai, perang tarif antara keduanya akan kembali memanas.
Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS juga akan menentukan arah kebijakan moneternya di tahun ini. Pelaku pasar telah memprediksi the Fed tidak akan agresif menaikkan suku bunganya tahun ini setelah gubernur The Fed Jerome Powell memberikan sinyal kebijakan suku bunga yang lebih dovish.
Selain itu, berakhirnya penutupan layanan federal (government shutdown) di AS tidak serta merta mengembalikan optimisme investor pasalnya bursa saham AS kemarin ditutup dengan koreksi. Dow Jones turun 0,84%, S&P 500 turun 0,78%, dan Nasdaq turun 1,11%.
Apalagi Presiden AS Donald Trump sudah menebar ancaman bahwa pada 15 Februari mendatang shutdown akan kembali dilakukan jika proses negosiasi terkait anggaran pembangunan tembok pembatas tidak membuahkan hasil yang positif. Trump juga mengancam akan menggunakan otoritasnya sebagai presiden AS untuk menetapkan status darurat nasional, sehingga dia bisa mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk membangun tembok tanpa melalui persetujuan kongres.
(Baca: WIKA Lepas Status BUMN, Bersiap jadi Anak Holding BUMN Perumahan)
Turunnya bursa AS didorong rilis kinerja keuangan perusahaan AS yang lemah, antara lain Caterpillar yang mencatatkan pendapatan yang paling rendah sejak 2008 karena lemahnya permintaan dari pasar Tiongkok. Sementara itu produsen chip komputer Nvidia memangkas proyeksi revenuenya, juga karena turunnya permintaan dari pasar Tiongkok.
Sementara ini IHSG sudah jatuh ke zona merah dengan koreksi sebesar 0,13% ke level 6.450,15. Namun, dana asing yang masuk ke pasar saham telah mencapai Rp 535,78 miliar.