Dirut BEI: Beda Prospek Pasar JP Morgan dan Credit Suisse Hal Biasa
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menanggapi santai soal rekomendasi dua sekuritas asing yang berbeda terkait prospek pasar saham Indonesia ke depan. Kedua firma yang saling bertentangan pandangan adalah Credit Suisse dan JP Morgan.
"Biasa saja lah itu," kata Inarno sambil berjalan pergi ketika ditemui di iNews Tower, Jakarta, Kamis (14/2).
Sebelumnya, Credit Suisse memberikan penurunan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia menjadi 10% (underweight) dari sebelumnya 20% (overweight). Sementara JP Morgan malah sebaliknya. JP Morgan justru menilai pasar saham Indonesia akan menjadi salah satu pasar negara berkembang yang akan tumbuh dua digit, sehingga dapat menjadi pilihan bagi investor untuk menambah sahamnya.
"Usai tantangan yang dihadapi banyak ekonomi negara berkembang pada semester II 2018, kami harap awal tahun cenderung melemah, tetapi prediksi siklus menguat pada kuartal II 2019," tutur Head of Currencies, Commodities and EM Research, JP Morgan, Luis Oganes, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (13/2).
(Baca: Kepanikan Investor Karena Credit Suisse Mereda, IHSG Bergerak Datar)
Prospek dan Tantangan Pasar Modal Indonesia 2019
Head of Institutional Research Thendra Crisnanda mengungkapkan pasar modal Indonesia masih dihadapkan dengan tingginya risiko atas ketidakpastian pasar global. Hal tersebut berpotensi memicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan aliran modal keluar.