IHSG Turun 0,48% Didorong Defisit Neraca Perdagangan yang Melebar
Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (15/2) dengan ditutup turun 0,48% ke level 6.389,09. Nyaris seluruh indeks sektoral berakhir di zona merah, hanya tersisa sektor infrastruktur yang mengalami kenaikan hari ini.
Koreksi pada IHSG juga didorong oleh 284 saham yang kinerjanya memerah. Sementara itu 130 saham berhasil mengalami kenaikan, dan 123 saham bergerak mendatar. Total transaksi perdagangan saham hari ini tercatat mencapai Rp 8,69 triliun dari 12,17 miliar unit saham yang ditransaksikan sebanyak 412.775 kali oleh investor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investor asing juga memberikan tekanan terhadap IHSG. Sepanjang hari ini investor asing membukukan penjualan bersih saham sebesar Rp 331,54 miliar di pasar reguler. Dengan demikian, investor asing selama enam hari berturut-turut membukukan penjualan bersih di pasar saham Indonesia.
Saham yang paling banyak dilepas investor asing hari ini di antaranya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 110,1 miliar, PT United Tractors Indonesia Tbk (UNTR) Rp 48,2 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) Rp 45,5 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 42 miliar, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp 23 miliar.
(Baca: Aliran Modal Asing dan Defisit Perdagangan Lemahkan Rupiah ke 14.000)
Sementara itu, menurut data BEI, lima saham yang paling besar kontribusinya dalam mendorong koreksi pada IHSG yaitu saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang mengalami koreksi 1,86%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 1,79%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,79%, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) turun 3,97%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,37%.
Koreksi pada IHSG hari ini terutama dipengaruhi oleh melebarnya defisit neraca perdagangan di bulan Januari menjadi US$ 1,16 miliar dibandingkan dengan realisasi defisit perdagangan periode Desember 2018 sebesar US$ 1,03 miliar. Capaian tersebut juga lebih tinggi dari konsensus analis yang memprediksi defisit perdagangan hanya sekitar US$ 970 juta.