Harga Batu Bara Acuan Diprediksi Stabil Meski Tiongkok Batasi Impor
Harga Batu Bara Acuan (HBA) bulan depan diperkirakan tetap stabil, meskipun Tiongkok membatasi kuota impornya. Hal ini terjadi karena pemerintah telah melakukan revisi target produksi 2019 menjadi 490 juta ton. Tahun lalu realisasi produksi batu bara dalam negeri mencapai 510 juta ton.
"Ada normalisasi dari sisi suplai. Jadi, harusnya (harga) nggak ada yang berubah," ujar analis Trimegah Sekuritas Sandro Sirait ketika dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (25/2).
Harga batu bara berkalori tinggi, di atas 6.333 kalori, sekarang berkisar US$ 90-100 per ton. Sedangkan yang kalori rendah harganya US$ 38 per ton.
Tiongkok merupakan pasar batu bara yang penting bagi Indonesia karena pengimpor yang terbesar.
"Mereka (Tiongkok) sedang mengalami defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD). Untuk mencegah hal tersebut, mereka mengurangi impor sejak tahun lalu," kata Sandro. CAD adalah kondisi ketika angka pertumbuhan impor lebih tinggi dari ekspor.
(Baca: Permintaan Menyusut, Harga Batu Bara Februari 2019 Turun 0,7%)
(Baca: Kewajiban Produksi Batu Bara untuk Domestik Tahun Ini Naik 5,7%)
Senada dengan Sandro, Ketua Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Pandu P Sjahrir juga mengatakan HBA akan positif dalam beberapa bulan ke depan. "Apalagi Glencore barusan mengumumkan akan cut produksi," ujarnya ketika dihubungi terpisah.
Glencore merupakan perusahaan pertambangan multinasional yang memproduksi batu bara terbesar keempat di dunia. Pekan lalu, perusahaan yang memiliki tambang di Australia mengumumkan akan mengurangi produksi batu baranya dan fokus pada pemenuhan kebutuhan domestik
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, HBA pada Februari 2019 turun 0,7% dari bulan sebelumnya, menjadi US$ 91,80 per ton. Tahun lalu, harga itu berada di level US$ 100,69 per ton.