Gubernur BI Buka Peluang Turunkan Bunga Acuan Bila Ekonomi Stabil
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membuka peluang penurunan bunga acuan bila kondisi ekonomi dalam negeri terjaga. Ia mengungkapkan hal ini untuk menjawab pertanyaan mengenai arah kebijakan bunga acuan selanjutnya.
"Ke depan, arah bunga acuan lebih turun kalau stabilitas (ekonomi) terjaga," kata dia dalam acara Economic Outlook di Jakarta, Kamis (28/2).
Ia optimistis terhadap situasi ekonomi tahun ini. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan tumbuh 5,2% ditopang oleh konsumsi yang tumbuh sebesar 5,2%. Sementara itu, investasi diperkirakan tumbuh 6,7%, sedangkan net ekspor diperkirakan masih negatif.
(Baca: Prediksi Berbeda Ekonom Tentang Arah Kebijakan Bunga Acuan BI di 2019)
Adapun Inflasi diperkirakan lebih rendah, yaitu di bawah 3,5% dan nilai tukar rupiah stabil meski posisinya saat ini masih terlalu murah (undervalued). Terjaganya nilai tukar rupiah juga didorong oleh aliran masuk modal asing yang lebih besar daripada tahun lalu.
"Aliran modal asing dalam SBN (surat berharga negara) dan saham itu hampir tiga kali lipat dari 2018," ujarnya. Rupiah juga ditopang oleh kondisi fundamental yang baik, seperti pasar valas yang semakin berkembang dengan adanya instrumen Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
(Baca: Rupiah Kembali 14 Ribu/US$, Ekonom Ramal Belum Akan Menguat Signifikan)
Ia juga menyampaikan bahwa posisi bunga acuan BI memang hampir mencapai puncaknya. Maka itu, ia akan terus menghitung posisi bunga acuan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan likuiditas keuangan.
Adapun, kondisi global mulai kembali tenang setelah mengalami gejolak pada 2018 lalu. Bahkan, bank sentral India telah memangkas bunga acuannya di tengah potensi perlambatan ekonomi.
Sementara ini, BI masih mempertahankan bunga acuannya pada level 6%. BI menyatakan akan memastikan kondisi eksternal dalam memutuskan kebijakan bunga acuannya.