Ekonomi Global Diprediksi Melambat, Sri Mulyani Paparkan Strategi 2019

Rizky Alika
12 Maret 2019, 17:47
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah harus melakukan sederet langkah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Berbagai lembaga internasional telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini.

"Kalau ingin mencapai pertumbuhan yang tetap tinggi di atas 5%, kami harus meyakinkan bahwa pusat-pusat atau sumber pertumbuhan dalam negeri tetap bisa menjadi engine of growth yang robust," kata dia di BSD Green Office Park, Tangerang Selatan, Selasa (12/3).

Ia menjelaskan, pemerintah akan memastikan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi tetap meningkat. Kemudian, belanja pemerintah berjalan sesuai dengan fungsinya agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi 2019.

(Baca: Moody's Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5% pada 2019 dan 2020)

Kinerja perdagangan internasional juga diharapkan membaik dengan ekspor yang meningkat dan impor yang terkendali. Beberapa kebijakan sudah dijalankan untuk menekan impor, seperti mandatori biodiesel 20% (B20), substitusi impor, dan kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 untuk barang konsumsi.

Untuk mendorong ekspor, pemerintah telah menerapkan Kawasan Berikat dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), simplifikasi ekspor kendaraan utuh (Completely Built Up/CBU), pengurangan larangan terbatas (lartas), hingga mengubah skema Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor.

(Baca: Jokowi Wacanakan Pembentukan Kementerian Ekspor dan Investasi)

Ia pun meyakini ekspor tetap akan meningkat di tengah perlambatan ekonomi Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Sebab, Indonesia masih memiliki pangsa ekspor ke negara berkembang baru, seperti Filipina, Bangladesh, dan Pakistan. "Pertumbuhan ekonomi mereka cukup baik dan populasi pasarnya cukup besar," ujarnya.

Sementara itu, motor penggerak ekonomi lainnya yaitu investasi diperkirakan akan meningkat. Adapun investasi menunjukkan arah yang baik bila dilihat dari realisasi pertumbuhan kredit perbankan. "Perbankan membukukan keuntungan yang cukup baik, di atas 10%," ujarnya.

Beragam proyek infrastruktur, seperti proyek pembangunan serat optik di seluruh Indonesia untuk akses internet cepat, juga diharapkan akan menambah daya tarik investasi di dalam negeri. Begitu juga dengan penyederhanaan perizinan usaha lewat sistem Online Single Submission (OSS).

Sebelumnya, berbagai lembaga internasional merevisi pertumbuhan ekonomi global. The Organization for Economic Co-Operation & Development (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,3% pada 2019 dan 3,4% pada 2020. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan sebelumnya yaitu masing-masing 3,5%. Dasar pemangkasan proyeksi yaitu ketidakpastian ekonomi global imbas perang dagang dan Brexit.

(Baca: Ekonomi RI Perlu Tumbuh 7,5% dalam 30 Tahun untuk Jadi Negara Maju)

Selain OECD, International Monetary Fund (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,7% menjadi 3,5% pada 2019. Kemudian, 3,7% menjadi 3,6% pada 2020.

Untuk Indonesia, pemerintah dan parlemen menargetkan pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,3% tahun ini, lebih tinggi dibandingkan proyeksi banyak lembaga internasional. World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, sedangkan IMF 5,1%.

Sementara itu, lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service memiliki prediksi yang lebih pesimistis yaitu di bawah 5% pada 2019 dan 2020.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...