Meluruskan Kabar tentang TKA China
Untuk kesekian kalinya, isu serbuan tenaga kerja asing (TKA) ilegal asal Tiongkok kembali mencuat ke permukaan. Kali ini, hampir setiap waktu, isu tentang banjir 10 juta TKA asal China tak ada habisnya mengalir di berbagai media komunikasi di Indonesia.
Salah satu kabar yang paling banyak muncul dan diminati khalayak adalah soal demonstrasi besar-besaran menolak TKA China di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah yang disebut-sebut sudah mencapai 1 juta orang. Lebih jauh lagi, melalui informasi sesat itu, disebutkan para pekerja ini didatangkan jauh-jauh dari negeri Tiongkok, dimobilisasi untuk memenangkan salah satu calon presiden, untuk mengacaukan Pemilu, bahkan untuk menjajah Indonesia kembali.
Menanggapi isu ini, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri menegaskan jumlah TKA masih dalam batas kewajaran. Bukan hanya di Morowali, tapi secara nasional juga dalam batas wajar dan terkendali.
Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan penggunaan TKA asal China di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) per 31 Maret 2019 yang tersebar di 16 perusahaan hanya mencapai 2.897 orang. Sementara tenaga kerja Indonesia (TKI) di kawasan industri ini mencapai 28.398 orang.
Oleh sebab itu, Menteri Hanif meminta masyarakat menyikapi dengan bijak investasi China di Indonesia, khususnya di Morowali.
Berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan, level pekerjaan TKA asal China di Indonesia yang terbanyak adalah di level profesional. Dari 30.561 TKA asal China di seluruh Indonesia, hampir setengahnya bekerja di level profesional, yakni 12.754 orang (41,7 persen). Sementara yang bekerja di level advisor/konsultan sebanyak 5.707 orang (18,7 persen) dan di level manager 5.414 orang (17,71 persen). Untuk teknisi ada 3.079 orang (10 persen). Sisanya, (yang paling sedikit) bekerja sebagai direksi, supervisor, dan komisaris.
Menilik data tersebut, pemerintah berharap masyarakat tidak termakan hoaks tentang TKA China. "Jangan termakan hoaks, jangan ikut menyebarkan hoaks, dan waspadai adu domba atau propaganda yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," kata Menteri Hanif.
Data lengkapnya level pekerjaan TKA China di Indonesia adalah sebagai berikut:
Profesional | 12.754 |
Advisor/Consultant | 5.707 |
Manager | 5.414 |
Teknisi | 3.079 |
Direksi | 2.017 |
Supervisor | 966 |
Komisaris | 624 |
Sementara data level pekerjaan seluruh TKA di Indonesia adalah sebagai berikut:
15,636 | advisor | |
15,072 | direksi | |
1,968 | komisaris | |
21,237 | manager | |
30,626 | profesional | |
2,270 | supervisor | |
8,526 | teknisi | |
Artinya, TKA asal China ini tidak dominan di level kerja manapun di antara seluruh TKA yang ada di Indonesia. Tidak ada satu level pun yang menempatkan posisi TKA China lebih dari 50 persen dibanding TKA asal negara lain.
Berikut detail jumlah dan asal negara dari semua TKA yang tercatat di otoritas terkait, yakni Kementeria Ketenagakerjaan:
No. | Negara | Jumlah |
1 | Republik Rakyat China | 30,560 |
2 | Jepang | 13,459 |
3 | Korea Selatan | 9,557 |
4 | India | 6,755 |
5 | Malaysia | 4,620 |
6 | Philippina | 2,859 |
7 | Amerika Serikat | 2,638 |
8 | Australia | 2,554 |
9 | Taiwan | 2,409 |
10 | Inggris | 2,089 |
11 | Singapura | 1,905 |
12 | Thailand | 1,330 |
13 | Perancis | 1,318 |
14 | Jerman | 1,039 |
15 | Italia | 813 |
16 | Belanda | 788 |
17 | Filipina | 670 |
18 | Kanada | 568 |
19 | New Zealand | 436 |
20 | Turki | 400 |
21 | Rusia | 391 |
22 | Spanyol | 352 |
23 | Afrika Selatan | 305 |
24 | Sri Lanka | 294 |
25 | Belgia | 225 |
26 | Pakistan | 224 |
27 | Brazil | 209 |
28 | Finlandia | 201 |
29 | Swedia | 188 |
30 | Switzerland | 162 |
Sumber: Kementerian Ketenagakerjaan, 2018
Klarifikasi Lintas Kementerian
Virus isu serbuan TKA ilegal asal China menular dengan cepat di hampir seluruh lapisan sosial masyarakat. Untuk itu, presiden dan jajaran menteri kabinet kerja memberikan klarifikasi kepada masyarakat terkait jumlah TKA China. Bantahan pemerintah soal isu TKA asal China itu salah juga disampaikan oleh beberapa kementerian terkait.
Salah satu penjelasan datang dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly. Mengutip data dari Direktorat Jenderal Keimigrasian, Menteri Yassona menyebutkan sekitar 31.000 TKA Tiongkok tercatat keluar-masuk di sejumlah pintu perlintasan.
"Yang kerja itu 21.000 orang itu kan kadang-kadang keluar masuk, misal dia pulang. Jadi data perlintasan tentu lebih besar, karena perlintasan transaksi. Itu yang jadi perbedaan angka kita," Yassona menjelaskan.
Terkait TKA asal China di Morowali, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Luhut Binsar Panjaitan berjanji bakal secara bertahap memangkas jumlah TKA asal China di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah. Sebab, pemerintah juga telah berkomitmen untuk membuat politeknik, sehingga alih teknologi dalam bidang metalurgi untuk pengembangan sumber daya manusia di kawasan tersebut lancar.
Menurut Luhut, Presiden Direktur PT GEM Xu Kai Hua, yang juga merupakan ahli di bidang metalurgi, telah berjanji kepadanya akan mendidik penduduk Morowali.
"Mr Xu, yang selain pengusaha juga profesor. Dia tidak hanya memikirkan cari untung. Mereka akan kasih beasiswa ke Beijing untuk bidang metalurgi, sehingga transfer teknologi dapat berjalan. Di China mereka masih 3.0, tapi di Indonesia mereka buat 4.0 dan dia mau transfer ini kepada kita," Luhut menjelaskan.
Pada dasarnya semakin tinggi perkembangan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, semakin banyak pula peluang kesempatan kerja yang tersedia bagi para pekerja baik tenaga kerja lokal (TKL) maupun TKA. Pendapat ini umumnya disandarkan pada Hukum Say (teori Jean Baptiste Say) yang menyatakan bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply create it's own demand).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan sekitar 1 juta lapangan pekerjaan per tahun tercipta dari kontribusi investasi yang masuk ke Indonesia. Dari jumlah 1 juta lapangan kerja tersebut, hanya sekitar 2 persen atau 20.000 lapangan kerja menjadi bagian untuk TKA. Namun, TKA kebanyakan hanya bertahan bekerja di Indonesia untuk jangka waktu satu hingga tiga tahun.
"Faktanya, jumlahnya cukup stabil. TKA yang baru diimbangi dengan TKA yang pulang," kata Thomas. (*)