Harga Minyak Naik Menyusul Ketegangan Baru Amerika dan Iran
Harga minyak mentah dunia terkerek pada perdagangan Selasa pagi ini. Lonjakan komoditas tersebut seiring meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Negara Adidaya itu telah mengarahkan kapal perangnya ke Timur Tengah sebagai peringatan kepada Negeri Para Mullah tersebut.
Berdasarkan data dari Bloomberg Selasa (7/5) pukul 09.43 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk Juni 2019 ditutup naik US$ 0,03 atau 0,5 % menjadi US$ 62,26 per barel. Sementara harga jenis Brent untuk pengiriman Juli 2019 turun US$ 0,12 atau 0,17 % menjadi US$ 71.12 per barel. Direktur energi berjangka di Mizuho di New York Bob Yawger menyatakan pembelian tambahan dipicu oleh pergerakan WTI yang menembus US$ 62 per barel di perdagangan sore.
Mengutip Antara, Amerika mengerahkan kapal induk dan satuan tugas pembom ke Timur Tengah. Langkah ini, kata Penasehat Keamanan Nasional Amerika John Bolton, untuk mengirimkan pesan kepada Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan Amerika atau sekutunya akan berhadapan dengan kekuatan yang tanpa kompromi.
Pejabat Menteri Pertahanan Amerika, Patrick Shanahan, mengatakan telah menyetujui pengiriman armada kapal induk dan pesawat pembom ke Timur Tengah. “Anda melihat meningkatnya ketegangan geopolitik,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.
(Baca: Harga Minyak Kembali Turun di Awal Pekan)
Sebelumnya, harga minyak sempat turun pada awal perdagangan setelah Trump mengatakan di Twitter pada Minggu bahwa tarif impor barang asal Cina senilai US$ 200 miliar akan meningkat pada hari Jumat menjadi 25 persen. Keputusan ini berbeda dari sikapnya pada Februari lalu untuk mempertahankan pada 10 persen karena kemajuan dalam pembicaraan perdagangan.
Kemarin, Trump mengulang argumentasinya dengan mengutip defisit perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina. “Maaf, kami tidak akan melakukan itu lagi!” cuit Trump.
Komentar tersebut mengkhawatirkan para investor tentang kemajuan pembicaraan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Hal ini memicu rasa was-was bahwa ketegangan perang dagang yang sedang berlangsung dapat mengganggu permintaan minyak global.
(Baca: Perang Dagang AS-Tiongkok Panas Lagi, Rupiah Melemah ke 14.300 per US$)
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada Senin bahwa delegasi negaranya masih bersiap ke Amerika untuk pembicaraan perdagangan. “Kami juga sedang dalam proses memahami situasi yang relevan,” ujarnya.
Di luar itu, dalam industri minyak, ada tanda-tanda kenaikan produksi lebih lanjut di Amerika Serikat. Produksi minyak mentah di sana telah melonjak lebih dari dua juta barel per hari (bph) sejak awal 2018 ke rekor 12,3 juta bph.