BNI Belum Pastikan Besaran Suntikan Modal ke LinkAja
PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) belum bisa memastikan besaran suntikan modal kepada PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) yang merupakan pengelola platform LinkAja. Hal itu karena BNI masih memperbincangkan besaran porsi saham kepemilikannya di Finarya.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan bahwa BNI belum bisa memastikan besaran porsi saham mereka karena jumlah perusahaan yang digadang-gadang bakal menjadi pemegang saham Finarya bakal bertambah. Baiquni mengatakan, PT Jasa Marga dan PT Commuter Indonesia mungkin bakal ikut menjadi pemegang saham Finarya.
"Perkembangan LinkAja sangat menggembirakan karena potensinya sangat besar. Transaksi uang elektronik di jalan tol mencapai 4 juta transaksi, sedangkan di commuter line mencapai 1 juta transaksi per hari," kata Baiquni di kantornya, Jakarta, Senin (13/5).
Karena potensi tersebut, Baiquni mengatakan kedua perusahaan yang mengelola jalan tol dan commuter line tertarik untuk bergabung. Jika mereka bergabung, Baiquni menilai, transaksi di LinkAja akan semakin besar dengan melihat potensi transaksi per harinya tersebut.
(Baca: Dirilis Usai Lebaran, LinkAja Siapkan Fitur Pembayaran hingga Pinjaman)
Seperti diketahui, sebelum Jasa Marga dan Commuter Line tertarik untuk masuk sebagai pemegang saham, saham Finarya dimiliki oleh beberapa perusahaan pelat merah. Telkomsel akan menguasai 25% saham. BNI, bersama BRI dan Mandiri masing-masing memegang 20%. Sementara BTN memegang 7%. Sisanya, akan dibagi untuk Pertamina, Jiwasraya, dan Danareksa.
Meski belum bisa memastikan besaran suntikan modal dan porsi saham di Finarya, namun Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidarta mengatakan, pihaknya sebenanya sudah menyiapkan dana untuk menyuntikkan modal ke Finarya meski dia tidak menyebutkan besarannya. "Kita sudah siapkan, gak terlalu lama, kita tinggal tunggu perintah Juni," kata Herry.
Baiquni menambahkan, diundurnya peluncuran LinkAja karena saat ini mereka tengah menyiapkan penyaluran kredit dan layanan debit pada platform LinkAja. Peluncurannya telah tertunda dua kali, dari rencana semula pada pertengahan April 2019. Dia optimistis pada peluncurannya usai Idul Fitri 1440 H, LinkAja sudah bisa menyediakan pemberian kredit dan layanan debit.
Migrasi seluruh alat pembayaran elektronik menggunakan kartu alias electronic data capture (EDC) milik bank-bank pelat merah juga sudah dilaksanakan. Dengan cara ini EDC milik bank-bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) bisa melayani transaksi LinkAja.
(Baca: Belum Ada Dompet Elektronik, Peluncuran LinkAja Kembali Ditunda)
LinkAja merupakan gabungan dari aplikasi pembayaran milik BUMN. Di antaranya TCash dari Telekomunikasi Selular (Telkomsel), TBank dan MyQR milik Bank Rakyat Indonesia (BRI), e-cash dari Bank Mandiri, serta yap! dan UnikQu dari Bank Negara Indonesia (BNI).
Saat ini, LinkAja sedang memproses perizinan ke Bank Indonesia (BI) untuk menyediakan beberapa layanan. Izin yang diajukan fintech pembayaran seperti penyedia layanan uang elektronik (e-money), dompet elektronik (e-wallet), lembaga keuangan digital, dan transfer dana.