Kondisi Politik Memanas, Rupiah Tembus Lagi ke Rp 14.500 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot hari ini, Rabu (22/5), dibuka melemah ke level Rp 14.488 per dolar AS. Pelemahannya terbilang kecil dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang ditutup di Rp 14.480 per dolar AS.
Namun, menurut data Bloomberg hingga pukul 10.15 WIB, rupiah terus turun ke level 14.512. Tren pelemahan ini sudah terjadi sejak awal Mei 2019. Situasi politik domestik dan perekonomian global yang memburuk menjadi pemicunya.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dalam seminggu terakhir investor asing cenderung keluar dari pasar sehingga membuat pasokan dolar AS turun. “Di dalam negeri, permintaan dolar AS juga meningkat untuk membayar utang luar negeri dan pembagian dividen,” katanya ketika dihubungi Katadata.co.id.
Rupiah juga semakin tertekan setelah kemarin Komisi Pemilihan Umum menetapkan pemenang Pilpres 2019, yaitu pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Keputusan ini lalu digugat oleh kubu lawan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
(Baca: Rupiah Cenderung Melemah Pasca Pengumuman Pilpres 2019)
Investor asing masih menunggu seminggu ke depan bagaimana perkembangan politik dalam negeri. “Kalau dibandingkan (Pilpres) 2014, kondisinya tidak memanas seperti sekarang,” ujar Josua. Apalagi, semalam sempat terjadi bentrok antara aparat keamanan dan massa.
Dari luar negeri pun tak banyak kabar positif. Isu perang dagang antara AS dan Tiongkok masih menjadi faktor penekan perekonomian global. Dolar AS cenderung menguat dibandingkan mata uang negara lainnya. Dolar Singapura melemah 0,11%, yen Jepan turun 0,03%, yuan Tiongkok negatif 0,10%, dan ringgit Malaysia anjlok 0,23%.
Josua mengatakan, pasar juga bereaksi negatif setelah tadi malam menerima kabar mengejutkan dari Gubernur Bank Sentral AS, The Fed, Jerome Powell. Powell menyebut kenaikan tingkat utang korporasi AS saat ini perlu diawasi dengan ketat. Namun, ia memastikan stabilitas keuangan negara itu tetap terjaga.
Pelaku pasar saat ini menanti kebijakan suku bunga The Fed yang kemungkinan besar tetap mempertahankannya di level 2,25-2,5%. “Kalau masih dovish (konservatif), tekanan rupiah akan berkurang,” kata Josua. Ia memperkirakan rupiah dalam sepekan akan bergerak di kisaran Rp 14.450-Rp 14.550 per dolar AS.
(Baca: KPU Umumkan Kemenangan Jokowi, IHSG Menguat 0,75%)
Menurut dia, sebagai negara berkembang, Indonesia tidak bisa intervensi apa yang terjadi di perekonomian global. Namun, pemerintah dan Bank Indonesia harus memberikan kepercayaan diri terhadap pelaku pasar kondisi ekonomi domestik masih baik.
Ia melihat rupiah masih jauh atau undervalued dari sisi fundamental. Defisit neraca dagang dan fiskal terjaga di bawah ekspektasi. “Harusnya rupiah akan cenderung menguat,” ujarnya. Untuk pergerakannya hari ini, Josua memperkirakan rupiah ditutup di level Rp 14.500 per dolar AS.