Kisah MS Kurnia Membangun Hero, Supermarket Pertama di Indonesia

Hari Widowati
26 Juni 2019, 10:05
Giant tutup, sejarah Hero Group, profil pendiri Hero Group,
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana Supermarket Hero di kawasan Permata Hijau, Jakarta Utara (14/1). PT Hero Supermarket Tbk (HERO) terpaksa harus menutup sebanyak 26 gerai Giant dan Hero serta harus memangkas sebanyak 523 karyawan pada 2018.

Di balik penutupan enam gerai Giant, ada kisah menarik tentang sejarah berdirinya Hero Group. Muhammad Saleh Kurnia, pendiri Hero Group, mendapatkan inspirasinya untuk mendirikan supermarket (pasar swalayan) pertama di Indonesia setelah melakukan survei ke Singapura.

Pria kelahiran Sukabumi, 1 Desember 1934 itu menghadapi masa-masa sulit sejak kecil. Ia harus membantu keluarganya dengan berjualan makanan di saat teman-teman sebayanya asyik bermain. Pada 1954, Kurnia dan kakaknya, Wu Guo Chang, mulai serius berbisnis dengan mendirikan CV Hero.

Advertisement

Saat sang kakak mengundurkan diri pada 1959, Kurnia tidak patah semangat. Ia terus melanjutkan bisnis retail di bidang makanan dan minuman impor. Ia berprinsip kesuksesan muncul jika ia bisa mengambil kesempatan di waktu yang tepat. Selain itu, kesuksesan tergantung pada visi dan keinginan untuk tumbuh lebih tinggi di atas bisnis orang lain.

Kurnia melihat kesempatannya datang pada awal 1970-an. "Lihatlah orang-orang asing itu, mereka pergi ke Singapura 3-4 kali hanya untuk berbelanja makanan barat dan minuman," kata Kurnia, seperti dikutip di laman www.hero.co.id. Hal itu memberinya ide untuk mengimpor makanan dan minuman yang dibutuhkan para ekspatriat dan menjualnya di Jakarta.

Berdasarkan nasihat Charles Turton, temannya yang berasal dari Kanada, Kurnia dan istrinya Nurhajati pergi ke Singapura untuk melakukan survei tentang supermarket. Setelah mengunjungi beberapa supermarket modern di sana, Kurnia siap dan yakin atas prospek bisnis baru ini.

Pada 23 Agustus 1971, Kurnia membuka Hero Mini Supermarket di Jalan Falatehan No 23 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Supermarket itu berada di tengah perumahan mewah dan mempekerjakan 16 orang pegawai.

Hero
Hero (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Perjalanan Hero Mini Supermarket tidaklah mulus. Banyak makanan yang terbuang karena tidak terjual. Selain itu, waktu kerjanya dinilai kurang menguntungkan. Kurnia berpikir untuk membangun gudang spesial untuk makanan segar dan mengatur waktu kerja para pegawai untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada era 1970-an, kebanyakan supermarket tutup di hari Minggu dan hari libur. Hal ini membuka peluang bagi Kurnia untuk membuka Hero Supermarket di hari-hari tersebut. Para pelanggan menyambut gembira. Kesuksesan Hero ini akhirnya ditiru oleh supermarket lainnya yang mulai buka di hari Minggu dan hari libur.

(Baca: Giant Supermarket Tutup, 4 Perusahaan Ini Lebih Dulu Tutup Gerai)

Hero menjadi pelopor supermarket yang menerapkan jam belanja alternatif di Indonesia. Kegigihan dan keuletan Kurnia dan Nurhajati membuat bisnis Hero terus berkembang meski kadang menghadapi pasang surut. "Membuka satu supermarket setiap tahun," kata Kurnia mengenai target penjualannya. Hingga 1980, Hero Supermarket berhasil membuka sembilan cabang di Jakarta.

Tahun 1980-an adalah masa keemasan Hero. Perusahaan berkembang pesat sedangkan supermarket lainnya yang muncul belakangan belum mampu menyaingi Hero. Pada 1989, Hero Supermarket menawarkan 15% sahamnya ke publik melalui Bursa Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia). Ketika itu, Hero sudah memiliki 26 gerai dan 3.000 pemasok. Pada 21 Agustus 1989, saham Hero Supermarket dengan kode HERO mulai ditransaksikan di bursa.

Setelah IPO, Hero Group memperkenalkan gerai apotek Guardian yang menjual produk-produk untuk masyarakat kelas menengah. Gerai ini tidak terlalu besar, beberapa di antaranya dibangun berdekatan dengan lokasi Hero Supermarket.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement