Bos Huawei Prediksikan Kerugian Google Imbas OS Hongmeng
Produsen ponsel terbesar kedua dunia asal Tiongkok Huawei bersiap meluncurkan sistem operasi (OS) buatannya sendiri yaitu OS Hongmeng. Pendiri dan CEO Huawei Ren Zhengfei memprediksikan Google bakal mengalami kerugian bila pihaknya betul-betul meninggalkan OS Android.
Dalam wawancara dengan CNBC, Ren menyatakan Google akan kehilangan ratusan juta pengguna OS Android. “Bila kami tidak menggunakan sistem Google, Google akan kehilangan 700-800 juta pengguna di masa depan,” kata dia, beberapa waktu lalu.
(Baca: Janjikan Garansi, Huawei Sebut 17 Ponselnya Bisa Diperbarui Android Q)
Ia menambahkan, Huawei sebetulnya tidak ingin mengganti OS Android karena hal itu akan memperlambat pertumbuhan bisnis. Namun, bila langkah tersebut harus dilakukan, perusahaan telah memiliki OS sendiri dan akan kembali mencetak pertumbuhan bisnis.
Gizmochina memberitakan, OS Hongmeng diklaim 60% lebih cepat dibandingkan Android. Ini berdasarkan hasil uji coba terkini sistem operasi tersebut yang melibatkan merek-merek ponsel Tiongkok lainnya seperti Vivo dan Oppo. Selain mengembangkan OS sendiri, Huawei dilaporkan tertarik untuk mengadopsi OS Sailfish dan OS Avrora untuk menggantikan Android.
(Baca: Punya OS Hongmeng, Huawei Dilaporkan Tertarik Gunakan OS Rusia)
Adapun OS Hongmeng disebut-sebut akan kompatibel dengan semua aplikasi Android dan dapat dikompilasi ulang untuk meningkatkan kinerja, seperti OS Chrome. Bila Huawei betul-betul mengganti OS Android dan meyakinkan produsen ponsel Tiongkok lainnya untuk menggunakan OS Hongmeng, maka hal itu bisa menjadi ancaman besar bagi monopoli Google melalui OS Android di pasar ponsel.
Google telah memutus lisensi Huawei untuk menggunakan OS Android pada Mei lalu. Ini merespons kebijakan Departemen Perdagangan AS yang memasukkan Huawei dalam daftar hitam sehingga perusahaan AS harus menghentikan kerja sama dagang dengan Huawei.
Belakangan, Departemen Perdagangan AS memberikan kelonggaran waktu 90 hari sebelum kebijakan itu berlaku efektif. Tujuannya, agar Huawei bisa mencari mitra lain. Huawei menyatakan situasi ini bisa memukul pendapatan Huawei sebesar US$ 30 juta.