Bandingkan dengan Jakarta, Wali Kota Risma Pamer Pencapaian Surabaya

Agatha Olivia Victoria
Oleh Agatha Olivia Victoria - Ameidyo Daud Nasution
31 Juli 2019, 21:13
Risma, Surabaya, Jakarta
Katadata
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam acara Knowledge sector Intiative Katadata Forum dengan tema "Mencari model Pengelolaan Dana dan Pengorganisasian Riset untuk Indonesia" di The Energy Building, Jakarta Pusat (31/7/2019).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membandingkan pemerintahan kota Surabaya dan DKI Jakarta dalam urusan anggaran dan sasaran kerja. Risma memaparkan sejumlah pencapaiannya meski anggarannya kalah jauh dari provinsi yang dipimpin oleh Anies Baswedan tersebut.

Risma mengungkapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Surbaya mencapai Rp 9,5 triliun. Adapun APBD DKI Jakarta mencapai Rp 89 triliun. Dengan anggaran tersebut, Risma memaparkan sejumlah kemajuan yang dicapai Surabaya.

"Hanya dengan dana (sekitar) satu per sepuluh DKI Jakarta kami dapat (mencapai beberapa hal)," kata Risma di diskusi bertajuk 'Mencari Model Pengelolaan Dana & Pengorganisasian Riset Untuk Indonesia' yang digelar Katadata.co.id bersama Knowledge Sector Initiative dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis (31/7).

(Baca: Wali Kota Risma: APBD Surabaya di Bawah Jakarta dan Masih Hemat 29%)

Risma menekankan bahwa dalam mengelola anggaran yang terpenting bukanlah nilainya, tetapi caranya. Dengan begitu, dana yang minim bisa dimaksimalkan untuk operasional dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Dia menyebut DKI Jakarta dikelola oleh satu gubernur, lima walikota, dan satu bupati untuk memimpin 12 juta orang. Berbeda dengan Surabaya yang dikelola satu walikota saja. "Jumlah penduduk Surabaya itu sekitar 3,3 juta orang dan hanya dipimpin saya sendiri," kata Risma.

Risma juga mencontohkan, pemerintah kota Surabaya hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 30 miliar untuk pengelolaan sampah. Sementara biaya pengelolaan sampah di DKI Jakarta mencapai Rp 3,7 triliun.

Risma mengklaim berhasil menekan jumlah sampah, meski setiap tahun jumlah penduduk Surabaya naik. "Sampah turun karena (ditarik) bayar tipping fee. Bila jumlahnya semakin banyak, bayarnya semakin besar," kata Risma.

Advertisement

(Baca: Usai Bertemu 4 Parpol, Surya Paloh Bahas Pilpres 2024 dengan Anies)

Model pengelolaan sampah di Surabaya itu pun bisa diterapkan di DKI Jakarta. Surabaya memiliki alat pengontrol sampah. Alat tersebut mengontrol jadwal pengangkutan sampah di suatu TPS.

Salah satu pengendali sampah lainnya yakni taman di tiap sudut kota Surabaya. Sampah organik dikelola menjadi kompos yang digunakan untuk sekitar 400 taman kota. "Ini juga untuk mengurangi sampah yang kita buang ke TPA sehingga hasil kompos itu untuk rawat taman," kata Risma.

Warga Surabaya pun terbiasa memilah sampah serta mengolahnya sendiri menjadi kompos untuk menanam sayuran. Sementara sampah anorganik yang dihasilkan seperti kertas dan plastik dapat dijual kembali.

(Baca: Ditawari Nasdem Ikut Pilgub DKI, Risma: Biar Tuhan yang Gariskan)

Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement