Grab Bangun Kantor Pusat di Jakarta, Ini Keuntungannya Bagi RI
Perusahaan penyedia layanan on-demand, Grab berencana membangun kantor pusat (headquarter) kedua di Indonesia, setelah yang pertama ada di Singapura. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira dan Ketua Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menilai, wacana tersebut akan menguntungkan masyarakat Tanah Air.
Bhima menjelaskan, Grab akan merekrut lebih banyak pekerja lokal seiring pembangunan kantor pusat baru tersebut. Apalagi, markas kedua itu akan berfokus pada penelitian dan pengembangan (research and development/R&D), terutama terkait big data dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Dengan begitu, Grab bisa memaksimalkan teknologi yang dibawanya untuk memperluas cakupan ekonomi digital di Indonesia. “Maka, semoga muncul lebih banyak unicorn baru nantinya,” kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (30/7) malam.
(Baca: Grab Akan Bangun Kantor di Jakarta, Mitra Pengemudi Punya Harapan)
Hanya dari segi investasi, menurutnya akan kurang maksimal dampaknya bagi Indonesia. Sebab, pemodal Grab merupakan investor asing. Alhasil, ada pembagian keuntungan antara perusahaan Grab di Indonesia dengan pemodal di luar negeri. “Indonesia hanya akan dianggap sebagai pasar, ketika ada pembagian keuntungan. Maka yang paling menikmati adalah negara lain,” katanya.
Padahal, arus modal yang keluar karena pembagian laba bisa menyebabkan defisit pendapatan primer. Hal itu akan berpengaruh juga terhadap defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD). Tahun lalu, defisit pendapatan primer akibat transfer laba ke luar negeri mencapai US$ 30,4 miliar atau setara Rp 425,6 triliun.