Mayoritas Laba Bersih Bank BUMN Tumbuh di Bawah 10%
Bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sudah merilis laporan keuangan per Semester I 2019. Hasilnya, laba bersih mayoritas perusahaan tumbuh di bawah 10%.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya, pertumbuhan laba bersihnya hanya 8,19% dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Meski begitu, laba yang diperoleh BRI merupakan yang terbesar yakni Rp 16,16 triliun.
Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan, melambatnya pertumbuhan laba BRI karena terbebani oleh Danareksa Sekuritas yang baru saja mereka akuisisi. "Banyak masalah di sana, tapi itu sudah dalam perhitungan valuasi pada saat kami ambil (akusisi)," kata Suprajarto di kantornya, Jakarta, kemarin (14/8).
Lalu, Bank Negara Indonesia (BNI) mencatatkan laba bersih tumbuh 2,7% yoy menjadi Rp 7,63 triliun. Sedangkan laba bersih Bank Tabungan Negara (BTN) turun 8,9% yoy menjadi Rp 1,3 triliun.
Hanya Bank Mandiri yang membukukan pertumbuhan laba bersih dua digit, yakni 11,1%. Keuntungan salah satu bank milik negara ini mencapai Rp 13,5 triliun.
(Baca: Semester I 2019 Laba BRI Hanya Tumbuh 8%, Terbebani Danareksa)
Meski begitu, mayoritas penyaluran kredit Himbara tumbuh di atas 10%. Pertumbuhan penyaluran kredit BNI merupakan yang tertinggi, yakni 20% yoy menjadi Rp 549,23 triliun.
Disusul oleh BTN yang penyaluran kreditnya tumbuh 18,78% yoy menjadi Rp 251,04 triliun. Pertumbuhan pemberian kredit melalui Bank Mandiri mencapai 12,1% yoy menjadi Rp 690,5 triliun. Terakhir, BRI yang kreditnya naik 11,84% yoy menjadi Rp 888,32 triliun.
(Baca: Kredit Tembus 2 Digit, Laba Bersih Bank Mandiri Capai Rp 13,5 Triliun)
Salah satu penyebab turunnya laba bersih Himbara adalah meningkatnya beban bunga masing-masing bank. Hal ini sejalan dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuannya, BI 7 Day (Reverse) Repo Rate secara bertahap sejak tahun lalu.
Pada awal 2018, suku bunga acuan BI hanya 4,25%. Secara bertahap, regulator menaikkan BI 7 Day (Reverse) Repo Rate menjadi 6% per akhir Semester I 2019.
Sepanjang enam bulan pertama 2019, BTN mengantongi pendapatan bunga Rp 12,78 triliun. Capaian itu tumbuh 19,8% yoy. Namun, beban bunga mereka juga naik 36,3%yoy menjadi Rp 8,15 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersihnya turun 1,3% menjadi Rp 4,62 triliun.
BNI, mengantongi pendapatan bunga senilai Rp 28,59 triliun pada semester I 2019, tumbuh 9,3% secara yoy. Namun beban bunga mereka tumbuh 26,2% menjadi Rp 10,49 triliun secara yoy, sehingga pendapatan bunga bersih mereka hanya tumbuh 0,9% menjadi Rp 17,61 triliun pada semester I 2019.
Kondisi serupa dialami BRI. Pada semester lalu, mereka mengantongi pendapatan bunga Rp 60,02 triliun atau tumbuh 11,8% yoy. Namun, beban bunganya naik 30,5% yoy menjadi Rp 20,10 triliun. Hal itu membuat pendapatan bunga bersihnya hanya meningkat 4,3% menjadi Rp 39,92 triliun per Juni 2019.
Begitu pun dengan Bank Mandiri. Pada semester I 2019, bank ini mengantongi pendapatan bunga Rp 42,75 triliun atau tumbuh 14,8% yoy. Tapi, beban bunga mereka naik 27,6% yoy menjadi Rp 15,64 triliun. Pendapatan bunga bersihnya pun meningkat 8,94% menjadi Rp 28,84 triliun.
(Baca: Kondisi Ekonomi Masih Menantang, BTN Turunkan Target Semester II 2019)