SKK Migas Sebut Pengeboran Proyek Jambaran Tiung Biru Mulai September
PT Pertamina EP Cepu (PEPC) hingga kini belum memulai pengeboran di Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB). Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Nurwahidi memperkirakan proses pengeboran akan dimulai bulan depan.
"Saya belum tahu pastinya, bila dilihat sudah siapnya rig di lokasi. Kemungkinan paling lambat bulan depan," kata Nurwahidi saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (16/8).
Nurwaihi menyatakan kemungkinan jadwal pengeboran Jambaran Tiung Biru tak akan bergeser dari target yakni rampung pada kuartal 2021. "Setahu saya tidak ada kendala untuk rig," kata Nurwahidi.
(Baca: Pertamina Peroleh Dana Rp 26,3 T untuk Proyek Jambaran Tiung Biru)
Pertamina EP Cepu berencana mengebor lima sumur tahun ini. Pengeboran sumur akan menggunakan metode batch driling dan ditargetkan seelsai pada kuartal 1 2021.
Proyek JTB dikelola oleh Pertamina EP Cepu dengan hak partisipasi sebesar 92% dan sisanya sebesar 8% dipegang oleh Pertamina EP (PEP). Proyek ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang telah ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastuktur Prioritas (KPPIP). Proyek JTB diperkirakan menelan belanja modal (capex) US$ 1,547 miliar.
Pertamina EP Cepu (PEPC) pun mengungkapkan sudah mendapatkan pendanaan senilai US$ 1,85 miliar dari konsorsium 12 bank untuk membiayai Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB). Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyampaikan, kesepakatan pendanaan ini merupakan salah satu yang terbesar di lingkungan anak Perusahaan Hulu Pertamina.
(Baca: Cara Bojonegoro Hindari Kutukan Sumber Daya Alam )
Sindikasi yang melibatkan 12 bank ini memiliki struktur pembiayaan hybrid yang unik, yaitu menggabungkan pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah di bawah skema trustee borrowing (pinjaman wali amanat). Tiap bagian (tranche), konvensional dan syariah, memberikan fasilitas pembiayaan proyek dengan dua tenor, yaitu 10 dan 15 tahun.
Proyek ini diproyeksikan mulai berproduksi pada 2021 dengan rata-rata produksi gas mencapai 315 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Namun gas yang bisa dijual sebesar 192 mmscfd. Alokasi gas sebesar 100 mmscfd dijual ke PLN untuk kebutuhan listrik di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sisanya akan digunakan untuk memasok kebutuhan industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.