Negara ASEAN yang Menang dan Kalah di Tengah Perang Dagang AS-Tiongkok
Jatuhnya imbal hasil surat berharga Amerika Serikat (AS) menimbulkan kekhawatiran bakal terjadi resesi pada negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu. Selain AS, kekhawatiran resesi pada sejumlah negara juga meningkat, termasuk Singapura yang diakibatkan perang dagang AS-Tiongkok.
Lantas bagaimana kondisi perekonomian Indonesia dan negara ASEAN lainnya?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri merupakan salah satu yang terdampak perlambatan global akibat perang dagang. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019 hanya mencapai 5,05%, melambat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,27%.
Sementara ekonomi sepanjang paruh pertama tahun ini secara akumulasi sebesar 5,17%, masih jauh dari target pemerintah tahun ini sebesar 5,3%.
Penyebabnya antara lain kinerja investasi dan ekspor yang anjlok. Pada kuartal II 2019, investasi masih tumbuh 13,7%, tetapi melambat dibanding tahun lalu. Sementara ekspor pada Januari-Juli 2019 turun 8,02% dibanding periode yang sama tahun lalu.
(Baca: Tepis Resesi, Trump Tegaskan Perang Dagang Tak Ganggu Ekonomi AS)
Dampak perang dagang juga menghantam Thailand yang pada hari ini mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019 hanya mencapai 2,3%, terendah dalam lima tahun terakhir. Dikutip dari BangkokPost, perlambatan antara lain disebabkan oleh pertumbuhan turis yang menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi Negera Gajah ini melemah.
Sementara Filipina juga mencatatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 5,8% pada kuartal I 2019 menjadi 5,5% pada kuartal II 2019. Pertumbuhan tersebut bahkan paling rendah dalam 17 kuartal dan masih jauh di bawah target pemerintah di kisaran 6-7%.
Selain perang dagang, kondisi politik di negara tersebut juga menjadi faktor penahan laju ekonomi negara tersebut.
Adapun Singapura menjadi negara ASEAN yang mengalami dampak paling besar atas perang dagang AS dan Tiongkok. Investor bahkan khawatir Negara Hub Investasi dan Keuangan Asia ini bakal mengalami resesi.
(Baca: Lima Negara Ekonomi Besar Terancam Resesi )
Pada kuartal II 2019, ekonomi Singapura turun 0,6% dibanding kuartal sebelumnya, terendah sejak krisis keuangan global 2009 silam. Dikutip dari CNN, pemerintah Singapura pun memangkas target pertumbuhan ekonomi tahun ini dari kisaran 1,5% hingga 2,5% menjadi 0% hingga 1%.
Di sisi lain, ekonomi Vietnam dan Malaysia tercatat masih melaju di tengah ancaman resesi AS dan perang dagang antara kedua negara ekonomi terbesar.
Dikutip dari Reuters, ekonomi Vietnam pada kuartal II 2019 masih tumbuh 6,71%, melambat dibanding kuartal I 2019 sebesar 6,82%. Meski melambat dibanding kuartal I, pertumbuhan tersebut berada di atas prediksi para analis.
Pada paruh pertama tahun ini, manufaktur Negara Sosialis ini masih tumbuh 9,14%. Investasi tumbuh 8%, ekspor juga tercatat tumbuh 7,3%.
Pertumbuhan ekonomi Malaysia pada kuartal II 2019 bahkan mencapai 4,9%, lebih tinggi dibanding kuartal I 2019 sebesar 4,5%. Pertumbuhan ekonomi ini juga lebih tinggi dibandingkan perkiraan para analis.