Tepis Resesi, Trump Tegaskan Perang Dagang Tak Ganggu Ekonomi AS
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pejabat tinggi Gedung Putih menegaskan perang dagang dengan Tiongkok tak akan mengganggu perekonomian AS dan menyebut risiko terjadi resesi sangat kecil meski pasar obligasi global sempat bergejolak.
"Kami melakukannya (menjaga perekonomian) dengan sangat baik, konsumen kami kaya. Saya memberikan potongan pajak yang luar biasa dan mereka penuh dengan uang." kata Trump, seperti dikutip dari Reuters pada Minggu (18/8) waktu setempat.
Trump kurang optimis dibandingkan para bawahannya dalam mencapai kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok. Ia mengatakan tak yakin akan mencapai kesepakatan dengan negara berpenduduk terbesar di dunia itu.
"Saya belum siap untuk membuat kesepakatan," terang Trump.
(Baca: Trump Tak Ingin AS Berbisnis dengan Huawei)
Ia mengisyaratkan bahwa Gedung Putih ingin melihat Beijing menyelesaikan protes yang sedang berlangsung di Hong Kong.
"Saya ingin melihat Hong Kong bekerja dengan cara yang sangat kemanusian. Saya pikir itu akan sangat baik untuk kesepakatan perdagangan," kata dia.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan para deputi perdagangan dari kedua negara akan berbicara dalam 10 hari ke depan. Adaoun jika pertemuan tersebut berjalan dengan baik, maka mereka akan meminta Tiongkok untuk datang ke AS untuk memajukan perundingan dan mengakhiri perang dagang berlarut-larut yang menjadi risiko bagi pertumbuhan ekonomi global.
Kendati negosiasi antara kedua negara tengah terhenti dan ancaman tarif lebih besar, Kudlow menegaskan perekonomian AS dalam kondisi yang cukup baik.
"Tidak ada resesi di depan mata. Masyarakat tetap bekerja, upah mereka meningkat. Mereka berbelanja dan menabung," kata dia.
(Baca: Dapat Stimulus dari Tiongkok , Rupiah Menguat ke 14.205 per Dolar AS)
Pernyataan keduanya menanggapi kekhawatiran resesi AS yang membebani pasar keuangan dalam sepekan terakhir. Partai Demokrat pada Minggu berpendapat kebijakan perdagangan Trump dapat menimbulkan risiko akut dalam jangka pendek terhadap perekonomian AS.
Pasar saham AS merosot pekan lalu di tengah kekhawatiran resesi dengan ketiga indeks utama AS ditutup turun sekitar 3% pada hari Rabu, memangkas kerugian mereka pada hari Jumat karena ekspektasi Bank Sentral Eropa mungkin menurunkan suku bunga.
Federal Reserve AS dan 19 bank sentral lainnya telah melonggarkan kebijakan moneter dalam apa yang digambarkan Fitch Ratings pekan lalu sebagai perubahan terbesar sejak resesi 2009.
Pasar mengharapkan lebih banyak penurunan suku bunga ke depan. Untuk waktu yang singkat minggu lalu, investor obligasi menuntut tingkat bunga yang lebih tinggi pada obligasi treasury 2 tahun dari pada obligasi treasury 10 tahun, sinyal potensial dari hilangnya kepercayaan pada pertumbuhan ekonomi jangka pendek.