Indeks Manufaktur Turun Drastis Perberat Laju IHSG Pekan Ini
Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut ke hari terakhir perdagangan pekan ini. IHSG ditutup terkoreksi 0,34% ke level 6.207,19. Dengan demikian, IHSG turun 1,39% dalam dua hari perdagangan.
Koreksi ini sejalan dengan investor asing yang melakukan jual bersih (net foreign sell) saham. Investor asing membukukan jual bersih saham Rp 215,31 miliar pada perdagangan hari ini. Dengan demikian, total penjualan bersih Rp 1,73 triliun dalam sepekan.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, salah satu penyebab terkoreksinya IHSG hari ini karena data indeks manufaktur atau Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali merosot pada Oktober 2019. Indeks ini merupakan indikator ekonomi yang menggambarkan keyakinan para manajer bisnis di sektor manufaktur sehingga berdampak ke pasar modal.
(Baca: Pertumbuhan Industri Manufaktur Kian Melambat pada Kuartal III 2019)
PMI manufaktur turun signifikan ke level 47,7 dari sebelumnya yang masih di level 49,1. "Ini merupakan data manufacturing PMI terendah sejak tahun 2015," kata Lanjar melalui riset tertulisnya, Jumat (1/11).
Adapun pada perdagangan Jumat ini, sebanyak 135 saham yang naik. Saham Sky Energy Indonesia (JSKY) masuk menjadi top gainers dengan penguatan 13,91% menjadi Rp 655. Di sisi lain, total 299 saham terkoreksi. Saham Perusahaan Gas Negara (PGAS), berdasarkan data dari RTI Infokom, menempati top losers dengan turun 12,32% menjadi Rp 1.850.
Berdasarkan sektornya, ada dua sektor yang menjadi penyebab penurunan indeks hari ini. Pertama, sektor aneka industri yang turun 1,87%. Saham yang menyebabkan sektor ini terkoreksi di antaranya Astra International (ASII) yang turun 2,16% menjadi Rp 6.800. Astra Otoparts (AUTO) juga terkoreksi 5,10% menjadi Rp 1.210.
(Baca: Laba Perusahaan Manufaktur Tiongkok Anjlok Terimbas Perang Dagang)
Sektor berikutnya yang memberatkan IHSG yaitu sektor pertambangan yang ditutup turun 1,8%. Saham yang menyebabkan terkoreksinya sektor ini seperti Timah (TINS) yang turun 8,43% menjadi Rp 815. Indo Tambangraya Megah (ITMG) juga turun 4,89% menjadi Rp 12.650.
"Turunnya mayoritas harga tambang dan laporan laba hingga triwulan III 2019 dari beberapa perusahaan tambang yang turun, menjadi faktor negatif," kata Lanjar, menambahkan.