Kesepakatan AS-Tiongkok Diperkirakan Tak Dongkrak IHSG

Yuliawati
Oleh Yuliawati
8 November 2019, 10:44
IHSG, perang dagang, suku bunga kredit
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Berbeda dengan IHSG, mayoritas bursa saham Asia menguat dipengaruhi kesepakatan antara AS-Tiongkok untuk menurunkan tarif barang impor secara bertahap.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat, 8 November 2019, dibuka menguat 4,90 poin atau 0,08% menjadi 6.170,53. Kemarin, Kamis (7/11) IHSG ditutup melemah 0,84% ke 6.165,62.

Sesaat setelah pembukaan IHSG mengalami koreksi. Mengutip RTI, pukul 10.06 WIB indeks terkoreksi 0,296% menjadi 6.147,39. Tercatat sebanyak 133 saham turun, 191 saham naik, 145 saham stagnan. Total volume sekitar 2,134 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 1,570 triliun.  

Pelemahan IHSG kemarin diperkirakan masih akan berlanjut hari ini. Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan pelemahan IHSG masih dipengaruhi sentimen pernyataan Presiden Joko Widodo yang meminta bank menurunkan bunga kredit. 

"Hal ini membuat investor khususnya asing melepas saham perbankan dalam jumlah besar," kata William, dihubungi Katadata.co.id, hari ini.

(Baca: IHSG Kembali Ditutup Melemah Usai Jokowi Minta Suku Bunga Kredit Turun)

Permintaan penurunan suku bunga kredit membuat investor asing kemarin melakukan aksi jual saham perbankan mencapai Rp 1,36 triliun dengan saham-saham yang nilai jualnya paling besar yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telekomunikasi Tbk (TLKM) dan PT BCA Tbk (BBCA).

Faktor global seperti kesepakatan menghapuskan tarif perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dianggap tak berpengaruh signifikan. "Dampaknya memang positif tapi Indonesia kan tidak terlibat langsung dengan perang dagang. Sehingga sentimen dalam negeri lebih mendominasi dalam mempengaruhi indeks," kata William.

Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, pun mengatakan IHSG masih akan didominasi sentimen permintaan penurunan suku bunga kredit perbankan. "Investor khawatir terhadap kinerja perbankan ditengah perlambatan ekonomi," kata dia.

(Baca: Melemah Pagi Ini, Rupiah Berpeluang Menguat Berkat Progres AS-Tiongkok)

Faktor internal yang positif seperti data cadangan devisa yang naik di atas ekspektasi sebesar US$ 126,7 miliar dari US$124,5 miliar tidak mampu membendung aksi jual investor.

Meski masih berdampak sentimen negatif, Linjar memperkirakan IHSG berpeluang menguat diakhir pekan melihat pelemahan yang cukup signifikan selama dua hari perdagangan dengan support resistance 6140-6280.

Berbeda dengan IHSG, mayoritas bursa saham Asia menguat dipengaruhi kesepakatan antara AS-Tiongkok untuk menurunkan tarif barang impor secara bertahap. Beberapa bursa saham yang naik yakni indeks Nikkei (0.11%), HangSeng (0,57%) dan Shanghai (0.18%). "Investor mencari tanda-tanda lebih lanjut bahwa resesi global dapat dihindari," kata Linjar.

(Baca: AS - Tiongkok Setuju Batalkan Tarif Dagang dalam Kesepakatan Fase I)

Reporter: Fariha Sulmaihati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...