Terpukul Perang Dagang, Laba Industri Manufaktur Tiongkok Makin Anjlok
Laba perusahaan-perusahaan manufaktur Tiongkok turun 9,9% secara tahunan pada Oktober menjadi US$ 428,56 miliar atau sekitar Rp 857 triliun. Kondisi ini menunjukkan perekonomian Negara Tembok Raksasa ini kian sulit akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Mengutip Reuters, Biro Statistik Nasional mencatat penurunan ini merupakan yang terdalam sejak delapan bulan terakhir. Pada September 2019, laba industri turun 5,3%.
Sektor industri Tiongkok berada di bawah tekanan dalam beberapa bulan terakhir akibat perlambatan permintaan di dalam negeri dan dampak perselisihan dagang dengan AS.
"Penurunan besar pada laba Oktober menunjukkan ekonomi riil masih menghadapi banyak kesulitan," kata Nie Wen, Ekonom di Hwabao Trust yang berbasis di Shanghai.
Ia menyebut perusahaan-perusahaan industri di negara itu sekarang menghadapi pukulan ganda dari penurunan harga dan biaya pendanaan yang lebih tinggi. Penurunan laba industri diperkirakan masih akan berlanjut.
(Baca: Ekonomi Tiongkok Suram, Penjualan Retail dan Industri Melambat)
Penurunan laba perusahaan manufaktur semakin dalam pada Oktober akibat pendapatan tergerus 4,9% pada sepanjang 10 bulan pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara dalam sembilan bulan pertama tahun ini, penurunannya mencapai 3,9%.
Di sisi lain, pertumbuhan laba sektor pertambangan juga moderat. Pada Januari-Oktober, keuntungan perusahaan sektor pertambangan turun 2,9% dari tahun sebelumnya menjadi 5,02 triliun yuan atau sekitar Rp 10.040 triliun.
Penurunan tersebut lebih dalam dibanding Januari-September sebesar 2,1%.