Alasan BCA Targetkan Kredit Tumbuh Konservatif Sekitar 8% di Awal 2020

Image title
28 November 2019, 14:07
BCA, target 2020
Arief Kamaludin (Katadata)
Ilustrasi. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmadja menyatakan di awal tahun perusahaan sengaja memasang target konservatif.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memasang target konservatif untuk pertumbuhan kredit di awal tahun depan. Bank swasta terbesar di Indonesia ini, hanya menargetkan penyaluran kredit pada 2020, bisa tumbuh sebesar 7,7% hingga 8% saja.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmadja menyatakan di awal tahun perusahaan sengaja memasang target konservatif. Namun, dia percaya perusahaan dapat menggelontorkan kredit lebih besar dari itu. Asalkan, ditunjang infrastruktur yang baik, korporasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang juga berkembang.

"Kami siap menggelotorkan dana. Jadi, strategi kami di awal 2020, kami mencoba me-budget-kan suatu angka yang tidak terlampau tinggi. Tapi, kami yakin dan percaya untuk gelontorkan itu," kata Jahja dihadapan Komsisi XI DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (28/11).

(Baca: OJK Dorong Bank Besar Beli Banyak Bank Kecil, BCA Pilih Cara Lain)

Kepercayaan Jahja tersebut timbul seiring likuditas BCA yang per triwulan III 2019 masih longgar. Hal itu terlihat dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di level 81%, sedangkan LDR industri mencapai 94%. "Artinya, dari segi likuiditas kami sanggup mendorong perkembangan perkreditan," katanya.

Menurutnya, penyaluran kredit harus dilakukan dan dikelola dengan sangat hati-hati. Jika di awal sudah ditargetkan pertumbuhan kredit yang tinggi, kepala cabang di wilayah-wilayah bakal sangat agresif melanyalurkan kredit padahal tidak melihat kondisi masyarakat atau ekonomi setempat.

"Untuk itu pada 2020, jujur untuk strategi kami, rencana kerja yang akan kami sajikan ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan) itu relatif konservatif," kata Jahja.

Seperti diketahui, BCA membukukan laba bersih Rp 20,9 triliun sepanjang Januari-September 2019, naik 13% secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 9,9%. Meskipun, pertumbuhan kredit tercatat melambat dan ada kenaikan pencadangan kredit (provisi).

(Baca juga: Konservatif, BCA Bidik Pertumbuhan Kredit 8%-9% Tahun Ini)

Portofolio kredit BCA tercatat sebesar Rp 585 triliun per akhir September, naik 10,9% secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih lemah dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 17,3%.

Ia menjelaskan, pihaknya tidak berani memasang target kredit yang terlalu tinggi. Ini dengan melihat situasi industri sekarang ini. "OJK, dan BI memperkirakan pada periode ini tumbuh di atas 9%, tapi melihat situasi sekarang ini diperkirakan sampai akhir tahun 8%," kata Jahja di Jakarta, Senin (28/10).

Pemegang saham terbesar BCA merupakan pengusaha rokok Djarum, yaitu Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Keduanya memiliki saham BCA melalui PT Dwimuria Investama Andalan sebesar 54,94%.  Pemegang saham BBCA lainnya adalah Anthony Salim sebesar 1,76% dan 43,3% dimiliki masyarakat.

Berdasarkan data Bloomberg, kapitalisasi pasar emiten berkode BBCA ini mencapai Rp 737,13 triliun pada 19 September 2019. Berikut grafik dari Databoks:

Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...